Ikut Gulat, Farah Shakir Terancam Dipenggal

Selasa, 21 Agustus 2012, 08:30 WIB
Ikut Gulat, Farah Shakir Terancam Dipenggal
ilustrasi

rmol news logo Meski wanita mendapat la­rangan keras menjadi atlet gulat oleh sebagian besar ulama di Irak, tidak membuat Farah Sha­kir mengakhiri karirnya sebagai atlet gulat ‘Negeri Persia’.

Di Irak, banyak pihak yang me­nginginkan agar gadis dan wanita yang ikut dalam pelatihan atlet gulat segera berhenti. Bah­kan, salah satu  suku setempat (syiah) mengatakan, para wanita yang mengikuti olahraga gulat di negeri itu harus dipenggal jika tidak segera berhenti.

Alasannya, karena gulat bisa memicu pergaulan bebas dan melanggar ajaran Islam. Akibat tekanan itu, sudah puluhan atlet yang mengundurkan diri. Na­mun tidak bagi Shakir, atlet ber­usia 19 tahun itu tetap teguh pada pendiriannya untuk berkarir se­bagai pegulat wanita Irak. Apa­lagi dengan adanya perjanjian demokrasi setelah invasi Ame­rika Serikat tahun 2003 silam, Sha­kir lebih berani menghadapi ancaman tersebut.

“Mereka pikir kami adalah ga­dis-gadis bebas hanya karena kami berolahraga?. Hal itu me­mang sesuatu yang berbeda di Iraq, tapi saya suka tanta­ngan­nya,” ujarnya.

“Saya juga dapat informasi, katanya pegulat pria juga penuh masalah, karena pertentangan yang terus terjadi. Tekanan ini me­nimpa kami semua,” lanjutnya.

Di negeri ‘Seribu Satu Malam’ itu, sebagian wanita tertarik men­jadi pegulat karena mereka merasa cocok dan mampu men­dobrak keberadaan adat suku dan agama, yang mengekang hidup ma­syarakat selama ini. “Gulat itu sebagai sebuah lambang evo­lusi dan kebebasan,” tutur Shakir.

Untuk menjalani latihan, para pegulat diperbolehkan meng­gu­nakan jilbab atau menggunakan celana pendek dan seragam se­pakbola. Shakir sendiri, lebih me­milih menggunakan celana pendek dengan alasan lebih be­bas meski setelah latihan, ia kem­bali menutup tubuhnya de­ngan abaya (pakaian khan timur tengah, Red).

Namun pakaian pendek yang ti­dak menutupi aurat hanya bo­leh dikenakan jika tim gulat pria tidak berlatih. Matras tua dan berdebu memenuhi ruang latihan di sebuah sasana di kota Bagdad. Dindingnya dipenuhi foto para pe­gulat pria, poster orang suci Syiah dan potret seorang pah­la­wan setempat, termasuk Abbas Fadhel Jouda, seorang juara gulat Iraq yang terbunuh 2007 silam.

Setelah melakukan pema­na­san, Shakir dan teman satu tim­nya saling berpasangan, dan mu­lai latihan teknik rangkulan dan bantingan di bawah bimbingan pelatih dan pendiri tim mereka, Hamid Al-Hamdani, beserta dua orang asistennya, yang semua­nya merupakan pegulat pro­fe­sional. Target mereka adalah me­ngantongi kemenangan seba­nyak-banyaknya di kejuaraan internasional. [HARIAN RAKYAT MERDEKA]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA