Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bisnis Sawit di Sumut Masihkah Sustainable?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/adityo-nugroho-1'>ADITYO NUGROHO</a>
LAPORAN: ADITYO NUGROHO
  • Rabu, 30 Agustus 2023, 05:52 WIB
Bisnis Sawit di Sumut Masihkah <i>Sustainable</i><i>?</i>
Perkebunan Sawit di Sumut/Ist
rmol news logo . Sejak dulu, kelapa sawit selalu menjadi komoditas andalan Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Namun, kini masa kejayaan sawit di provinsi beribukota Medan itu kian redup.

Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Utara (Sumut) Firsal Ferial Mutyara saat menjadi pembicara pada seminar nasional bertema "Daya Tahan Ekonomi Nasional dan Regional Sumatera Utara di Tengah Ketidakpastian Global" yang diselenggarakan Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (IKAFEB USU) di Gedung Bank Indonesia, Sabtu (26/8) lalu.

Firsal mengungkapkan bahwa Sumut saat ini bukan lagi menjadi pemain utama sawit. Ke depan harga komoditas ini akan terus mengalami penurunan.

"Sumut dan Aceh sekarang hanya bisa memproduksi enam juta ton sawit sepanjang tahun. Kalah dengan Riau yang memproduksi 10 juta ton," ujar Firsal dikutip Kantor Berita RMOLSumut, Selasa (29/8).

Padahal, lanjut dia, perkebunan Sumut masih mengandalkan sawit. Akan tetapi berbagai kondisi menyebabkan komoditas ini seakan terus menurun di Sumut.

“Sekarang kita jadi follower. Itu juga bisa dilihat dari massif-nya industri downstream di Riau karena bahan baku mereka terpenuhi.”

Di tengah situasi global yang kelihatannya tidak akan begitu mendukung harga komoditas ini, dia berharap perkebunan sawit agar mendapat perhatian dari Pemprov Sumut.  

“Di Thailand beberapa waktu lalu saya diundang oleh Jerman untuk bicara soal sawit. Mereka tanya apakah industri ini sustainable. Saya jawab sustain. Kalau tidak sustain, mana mungkin Unilever, P&G dan industri lain berlomba masuk ke bisnis ini,” tegas dia.

“Kami empat generasi di bisnis ini dan sawit sebenarnya yang paling sustain dan cocok di Sumut. Itu pula sebabnya dibutuhkan proses peremajaan sawit yang harus berdampak signifikan,” urainya.

Dia menjelaskan sekarang harga sawit memang sedang bergerak stabil. Hal itu disebabkan karena berkurangnya produksi Malaysia yang mengalami penurunan menjadi 20 juta ton.

“Jika kemudian mereka kembali ke produksi semula dikhawatirkan harga akan turun. Perlu diingat bahwa sawit adalah salah satu penyumbang utama devisa kita,” tandas Firsal. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA