Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, pemerintah memakai panduan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
"Dalam menentukan suatu daerah itu bisa kembali kepada aktivitas ekonomi yang produktif dan aman Covid, digunakanlah indikator kesehatan masyarakat yang berbasis data. Sesuai dengan rekomendasi WHO," ujar Wiku Adisasmito dalam jumpa pers di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (30/5).
"Kami menggunakan pendekatan atau kriteria epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, serta pelayanan kesehatan. Di mana di sini ada 11 indikator," sambungnya.
Lebih rinci, Wiku menyebutkan 11 indokator yang dimaksud. Diantaranya yang pertama adalah penurunan jumlah kasus positif selama 2 minggu sejak puncak terakhirnya, dengan target penurunan lebih dari 50 persen untuk setiap daerah atau wilayah.
Kedua, Penurunan jumlah kasus probable (orang yang sakit tapi para ahli ragu menyimpulkan hasil laboratorium, dan ditemukan pan-beta coronavirus) selama 2 minggu sejak puncak terakhir dengan target lebih dari 50 persen penurunan jumlahnya.
Ketiga, penurunan jumlah meninggal dari kasus positif, keempat penurunan jumlah meninggal dari kasus probable, kelima penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS, keenam penurunan jumlah kasus probable yang dirawat di RS, ketujuh kenaikan jumlah sembuh dari kasus positif.
Berikutnya kenaikan jumlah selesai pemantauan dari probable, baik kasusODP ataupun PDP. Kesembilan jumlah pemeriksaan spesimen meningkat selama 2 minggu.
Kesepuluh
positivity rate (angka kasus positif usai diperiksa di laboratorium) kurang dari 5 persen, atau dari seluruh sampel yang positif hanya 5 persen. Kesebelas penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS.
BERITA TERKAIT: