Betapa senangnya Sutopo mendapat porsi khusus di halaman
New York Times, dia pun mengaku tak menyangka kalau dirinya diwawancara khusus oleh media internasional terkenal tersebut.
Dalam keterangan tertulis Sutopo menceritakan bagaimana seorang pewarta
New York Times, Richard C. Paddock, mendatanginya untuk wawancara khusus. Ditemani oleh seorang kontributor asal Indonesia dan fotografer, wawancara tersebut dilakukan.
“Tidak menyangka orang Boyolali, foto dan beritanya dimuat di New York Times. Pak Richard C. Paddock, wartawan
New York Times jauh-jauh mereka datang ke Indonesia untuk menemui saya. Meminta wawancara khusus dan foto,†kata Sutopo, Minggu (30/12)
“Saya sendiri tidak menyangka wawancara dimuat pada The Saturday Profile
New York Times Jumat (28/12). Biasanya yang dimuat di situ adalah orang atau tokoh yang kaliber super top,†sambung Sutopo.
Ia mengaku penasaran hal apa yang akhirnya membuat media Internasional yang berbasis di Amerika Serikat ini tertarik terhadapnya, hingga akhirnya menerbitkan artikel berjudul “Helping Indonesia Through a ‘Year of Disaster’ While Facing His Ownâ€. Atas pertanyaan tersebut, ia pun menanyakan hal itu kepada Paddock.
“Saat saya tanya, ‘Apa yang menarik dari saya sehingga Pak Paddock datang ke sini?’. Dia mengatakan, ‘Apa yang kamu lakukan sangat menarik diberitakan. Dari sisi kemanusiaan sangat menarik. Indonesia ditimpa banyak bencana yang menimbulkan ribuan korban jiwa. Di saat bersamaan, Pak Topo yang sakit kanker paru stadium 4b. Sakit kritis yang pasti menyakitkan. Tapi terus menerus memberikan informasi bencana tanpa menyerah dan mengenal lelah. Ini sangat menginspirasi. Media internasional juga banyak memberitakanmu. Merujuk semua informasimu. Penjelasan yang kamu berikan cepat, akurat dan menenangkan banyak pihak’,†ucap Sutopo mengulang percakapan keduanya saat itu.
Paddock memuji kecepatan Sutopo dalam membagikan informasi terhangat dan terakurat kepada masyarakat Indonesia. Terlebih di tengah perjuangan dirinya dalam menghadapi penyakit Kanker Paru-paru stadium 4b yang tengah dideritanya.
“Umumnya survivor kanker, apalagi sudah level kritis, dia banyak di rumah atau di rumah sakit. Tapi kamu masih bekerja melayani media dan publik. Saya follower Twitter kamu. Sangat cepat sekali kamu memberikan informasi bencana. Di USA tidak secepat itu. Media sulit mendapatkan data dan informasi yang cepat saat ada bencana di Amerika. Twitter kamu juga ada sering memuat hal-hal yang lucu dan tentang kehidupan, kesehatan, hoax, dan lainnya. Kita orang Amerika banyak yang simpati, respek dan memberikan apresiasi apa yang Pak Topo lakukan. Itulah alasan saya datang ke sini’,†lanjutnya menirukan ucapan Paddock.
Menurut Sutopo, apa yang dilakukannya selama ini merupakan bagian pekerjaannya. Sehingga ia tidak berpikir hal tersebu sebagai sesuatu yang luar biasa. Meski begitu ia mengaku tetap bangga dan tak menyangka atas apa yang didapatkannya ini.
“Sesungguhnya apa yang saya lakukan ini adalah biasa. Sebagai jubir BNPB, saya harus terus menerus informasi bencana kepada media. Bencana tidak mengenal waktu kapan kejadiannya, saya pun juga harus begitu,†demikian Sutopo.
[jto]
BERITA TERKAIT: