Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengatakan jembatan layang Antapani yang dibangun dengan struktur baja bergelombang dan dikombinasikan dengan timbungan ringan merupakan salah satu rancang bangun aplikatif yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR.
Dalam pencanangan jembatan layang Antapani, Menteri PUPR didampingi Walikota Bandung, Ridwan Kamil, Kepala Balitbang Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto, serta Kepala Pusjatan Herry Vaza. Basuki berharap, Balitbang Kementerian PUPR terus mengembangkan berbagai inovasi penelitian aplikatif yang hasilnya dapat dirasakan masyarakat.
"Saya menilai Balitbang Kementerian PUPR sudah cukup banyak menghasilkan dan mengembangkan karya-karya yang inovatif dan aplikatif. Saya minta hal tersebut untuk terus dilanjutkan dan dikembangkan," tutur Basuki berdasarkan siaran pers dari Kementerian PUPR, Jumat (10/6).
Kepala Balitbang Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto mengatakan pembangunan jembatan layang Antapani merupakan yang pertama menggunakan teknologi struktur baja bergelombang dengan bentang 22 meter yang dibangun di Indonesia. Pembangunan jembatan layang ini bertujuan mengatasi kemacetan di persimpangan sebidang Antapani, tepatnya di Jalan Jakarta-Terusan Jakarta yang selama ini menjadi sumber kemacetan.
Menurut Arie pembangunan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang dengan kombinasi mortar busa punya beberapa keunggulan seperti waktu tempuh pengerjaaan konstruksi jembatan yang lebih cepat sekitar 50 persen jika dibandingkan dengan pembangunan jembatan layang dengan struktur beton bertulang. Dari sisi biaya, juga lebih efisien. Efisiensinya sekitar 60 persen sampai 70 persen jika dibandingkan dengan pembuatan jembatan layang dengan struktur beton bertulang.
"Untuk membuat satu buah jembatan layang dengan struktur beton bertulang misalnya, anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 100 miliar. Sementara pembangunan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang dengan timbunan ringan hanya membutuhkan anggaran Rp 35 miliar," tutur Arie.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR, Herry Vaza menjelaskan kekuatan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang tidak perlu diragukan. Pasalnya, Pusjatan telah melakukan pengujian dan penghitungan yang cermat mengenai kekuatan jembatan. Pembangunan jembatan layang Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Posco Steel Korea. Dari total anggaran Rp 33.5 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan, komposisinya Rp 21.5 miliar berasal dari anggaran Pusjatan, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, Rp 2 miliar dari Posco Steel Korea dalam bentuk komponen material.
"Proyek pembangunan flyover Antapani merupakan proyek percontohan mengatasi kemacetan di persimpangan sebidang jalan dan perlintasan kereta. Proyek sejenis juga akan dikembangkan di daerah-daerah lain," tandasnya. [rus]
BERITA TERKAIT: