Ketua Gapoktan Ngudi Mulya, Lumbir, Fahrur Rozi mengatakan Pemda Banyumas dan Gapoktan sebelumnya sepakat untuk menyalurkan pupuk bersubsidi lewat gapoktan untuk menjaga agar penyaluran pupuk tepat sasaran. Namun hingga kini belum ada informasi resmi jadi tidaknya penyaluran pupuk lewat Gapoktan.
"Pupuk yang dijual di toko kadang dibeli oleh perkebunan besar yang mestinya tidak mendapat subsidi. Petani kadang malah tidak kebagian," ujarnya, Senin (30/3).
Fahrur menambahkan pupuk yang dijual di pasaran biasanya lebih mahal antara Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu per zak. Seringkali toko mengaku tidak memiliki stok cukup sehingga menaikkan harga semena-mena.
"Kalau lewat toko harganya lebih tinggi. Sering juga dibilang tidak ada pupuk. Tapi petani tetap beli, soalnya tidak ada pilihan lain," katanya.
Penyaluran, kata Fahrur, biasanya dimulai pada awal persiapan lahan. Dengan demikian pada masa memupuk benih Gapoktan sudah memiliki suplai cukup.
"Kebutuhan akan bertambah besar setengah bulan setelah tanam. Ini berarti sekitar tiga pekan lagi," ungkapnya.
[rus]
BERITA TERKAIT: