Bahkan, digambarkan seolah-olah bantuan asing sudah standby di luar negeri, bertumpuk-tumpuk, dan seketika akan masuk mencoroh, kalau status bencana nasional ditetapkan Pemerintah. Seolah-olah bencana ini akan segera teratasi ketika bantuan asing sudah masuk.
Harga diri terlalu tinggi, padahal kemampuan kurang. Sudah tak mampu, tapi tak mau mengaku. Ini di antara pembenaran yang dibuat untuk menerima bantuan negara asing, yang secara tidak langsung meremehkan kemampuan bangsa sendiri.
Tak ada penghargaan terhadap berdikari, berdiri di kaki sendiri. Bukan bangsa pengemis, melainkan bangsa pemberi. Memberikan gelar pahlawan nasional mudah, tapi giliran menetapkan bencana nasional sulit minta ampun. Entah lari ke mana-mana lagi, soal bencana ini.
Seharusnya kita mendukung Pemerintah yang mengaku bisa mengatasi masalah bencana ini, sambil terus mengawalnya. Termasuk, yang katanya pemimpin oposisi. Jangan belum apa-apa sudah menyerah dan menyerahkan semuanya kepada negara asing.
Memang, kalau kita melihat sejarah bangsa kita, yang mengundang negara asing ke negara kita itu bukan negara asing itu sendiri, melainkan orang negara kita itu sendiri. Sedikit-sedikit minta bantuan asing. Konflik sedikit pun, sudah diundang negara asing untuk terlibat.
Kemarin, ada berita 80 ton bantuan ke Aceh, diberitakan dicuri oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) tentunya tak habis pikir dengan kejadian ini. Kira-kira yang mencuri warga negara asing atau warga negara sendiri? Sedih.
Bahkan, yang mengundang bangsa asing dulu masuk kepedalaman wilayah bangsa kita, adalah bangsa kita sendiri.
Mereka menilai akan menang mudah kalau dibantu bangsa asing. Fakta sejarah membuktikan, setelah diundang, mereka tak balik lagi ke negaranya.
Ada pula anak muda yang lantang berpidato bahwa bangsa penjajahan pun tak seperti bangsa sendiri mengeksploitasi. Ia lupa bahwa bangsa sendiri yang mengeksploitasi itu tetap bekerja sama dengan bangsa asing. Banyak orang sok mantap di negeri ini.
Mental-mental
inlander mestinya sudah terkikis sejak lama. Tapi entahlah orang punya alasannya sendiri untuk dibenarkan. Kamboja dan Thailand kabarnya sudah berperang pula. Kita sedang dirundung duka, dan masih bertengkar soal duka itu, setelah dua pekan ini.
ErizalDirektur ABC Riset & Consulting
BERITA TERKAIT: