Dalam pernyataannya di KTT APT di Kuala Lumpur, Malaysia pada Kamis, 9 Juli 2025, Menlu Sugiono menegaskan bahwa isu ketahanan pangan perlu ditempatkan sebagai prioritas utama dalam kerja sama APT.
Ia menyebutkan bahwa meskipun kawasan Asia Timur memiliki fondasi pertanian yang cukup kuat, terdapat kerentanan serius dalam sistem pangan regional. Ancaman seperti perubahan iklim, gangguan rantai pasok global, serta ketimpangan struktural memperbesar risiko terhadap ketahanan pangan.
Hal ini diperkuat oleh laporan terbaru Hunger Hotspots dari FAO dan WFP, yang menunjukkan peningkatan harga pangan telah melemahkan daya beli rumah tangga, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan.
“Saatnya kita mengangkat APT Emergency Rice Reserve menjadi platform yang lebih strategis, bukan sekadar untuk distribusi pangan dalam keadaan darurat, tapi juga untuk mendukung pertanian berkelanjutan dan koordinasi rantai pasok yang lebih baik,” tegas Menlu Sugiono.
Indonesia, lanjutnya, mendorong penguatan sistem informasi pangan kawasan melalui optimalisasi peran ASEAN Food Security Information System (AFSIS).
Selain itu, keterlibatan sektor swasta juga dianggap penting untuk memperkuat ketahanan pangan melalui skema kemitraan publik-swasta yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.
Lebih jauh, Menlu Sugiono juga mengingatkan bahwa APT tidak hanya berperan dalam sektor ekonomi dan pangan, tetapi juga memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
Ia menegaskan pentingnya peran aktif seluruh negara anggota dalam menjaga kestabilan kawasan yang tidak dapat dibiarkan berjalan secara alami, melainkan harus terus diupayakan bersama.
“Kita semua harus menjadi kekuatan positif. Dan hukum internasional harus selalu dihormati,” tegas Menlu Sugiono.
Dalam kerangka membangun kerja sama yang inklusif dan berorientasi jangka panjang, Menlu RI menyerukan pentingnya paradigma kolaborasi yang berlandaskan pada saling percaya, saling menghormati, dan tanggung jawab bersama antarnegara.
Ia juga menyambut baik dukungan negara-negara mitra Plus Three, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, terhadap mekanisme ASEAN serta pendekatan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Menutup pernyataannya, Menlu Sugiono menegaskan bahwa APT harus terus berkembang, bukan hanya sebagai forum responsif terhadap krisis, tetapi sebagai platform strategis jangka panjang untuk memperkuat ketahanan, kemakmuran, dan perdamaian kawasan secara inklusif dan berkelanjutan.
Sebagai informasi, ASEAN Plus Three (APT) adalah kerangka kerja sama regional yang melibatkan 10 negara ASEAN bersama Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Dibentuk pada tahun 1997, APT bertujuan memperkuat integrasi dan stabilitas kawasan Asia Timur melalui kerja sama di berbagai bidang, termasuk ekonomi, keuangan, ketahanan pangan, pendidikan, penanggulangan bencana, dan kesehatan.
BERITA TERKAIT: