Hal itu disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh jurnalis TV Rusia 1 Pavel Zarubin di Telegram pada Jumat, 24 Januari 2025.
"Saya tidak bisa tidak setuju dengannya bahwa jika dia menjadi presiden, jika kemenangannya tidak dicuri pada tahun 2020, mungkin krisis di Ukraina yang muncul pada tahun 2022 tidak akan terjadi," kata Putin, seperti dikutip dari
RT, Sabtu 25 Januari 2025.
Hal ini senada dengan pernyataan Trump pada 2023 kepada pembawa acara radio Amerika Hugh Hewitt, di mana ia mengatakan bahwa konflik Ukraina tidak akan pernah terjadi jika pemilu AS tahun 2020 tidak dicurangi dan Biden tidak menggantikannya di Ruang Oval.
“(Putin) tidak akan pernah melakukannya (melakukan perang ke Ukraina), jika saja pemilu AS tidak dicurangi. Pemilu itu dicurangi dan dicuri. Jika pemilu itu tidak dicurangi, jika saya jadi presiden, saat ini tidak akan ada jutaan orang yang mati,” menurut transkrip wawancara.
Trump, yang baru dilantik kembali pada 20 Januari 2025, tidak pernah mengakui kekalahannya dalam pemilu 2020, meskipun pengadilan gagal menemukan bukti kecurangan pemilu.
Partai Demokrat menuduh Trump menghasut kerusuhan di Capitol Hill dan memakzulkannya pada 2021. Trump membantah melakukan kesalahan apa pun, dan menepis tuduhan tersebut sebagai “perburuan penyihir.”
Ia secara konsisten menuduh pemilu 2020 dirusak oleh berbagai pelanggaran, dan bahwa ia kalah meskipun memperoleh 10 juta suara lebih banyak daripada Biden.
Pada Juni 2021, Putin mengkritik tanggapan pemerintah AS terhadap kerusuhan Capitol, menuduhnya menerapkan standar ganda.
Putin berpendapat bahwa meskipun Washington mengutuk tindakan keras terhadap protes antipemerintah di luar negeri, toh pemerintahan AS justru mengadili warganya sendiri yang menyatakan perbedaan pendapat politik.
“Mereka bukan sekadar gerombolan perampok dan perusuh. Orang-orang itu datang dengan tuntutan politik,” kata Putin saat itu.
BERITA TERKAIT: