Menurut keterangan yang diterima redaksi pada Minggu (25/8), beberapa anggota Polisario atau juga disebut SADR menyusup ke pertemuan tersebut meskipun tidak diundang.
Pemerintah Jepang, yang menjadi tuan rumah TICAD IX bekerja sama dengan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan Bank Dunia, tidak mengakui SADR.
"Jepang tidak mengundang apa yang disebut “SADR” atau Polisario, dan daftar resmi negara peserta tidak menyebutkan entitas fiktif tersebut," tegas Kementerian Luar Negeri Jepang.
Selain itu, Jepang juga tidak mengeluarkan visa untuk anggota SADR dan menolak untuk menerima aplikasi visa atau dokumen perjalanan yang diduga mereka miliki.
Dikatkan bahwa elemen Polisario berhasil memasuki wilayah Jepang dengan menggunakan identitas palsu dan paspor Aljazair, dengan menyamar sebagai anggota delegasi Aljazair.
"Kedutaan Besar Aljazair telah menyampaikan nota lisan kepada otoritas Jepang yang meminta visa bagi para separatis ini sebagai warga Aljazair, sama seperti delegasi Aljazair lainnya," ungkap sumber Maroko.
Anggota SADR menyusup ke ruang pertemuan dengan menggunakan lencana Aljazair dan berpura-pura menjadi anggota delegasi Aljazair.
Rekaman video di ruang rapat menunjukkan bahwa salah satu anggota SADR secara diam-diam mengeluarkan papan nama dari tasnya bertuliskan "Sahrawi Republic" dan meletakkannya di atas meja.
Hal ini memicu protes dari delegasi Maroko, yang menolak tindakan ini dan menuntut pencabutan tanda tersebut.
Jepang kemudian menganggap penyusupan tersebut sebagai pelanggaran protokol, terutama mengingat sikap Jepang yang jelas tentang masalah tersebut.
Penyusupan menunjukkan bahwa Aljazair menyeponsori gerakan SADR dan aktivitas terorismenya di Sahara Maroko.
Sementara itu, konferensi TICAD ke-9 dijadwalkan berlangsung di Tokyo pada 24-25 Agustus 2024.
BERITA TERKAIT: