Mengutip surat kabar Israel,
Yedioth Ahronoth pada Jumat (23/8), Blinken disebut telah mengeluarkan pernyataan yang membuat proses negosiasi semakin sulit dan tidak menghasilkan kesepakatan yang diinginkan.
Dia awalnya mengklaim bahwa Israel telah menerima proposal AS, dan tinggal menyerahkan keputusan pada Hamas.
Sumber yang tidak disebutkan namanya menilai, optimisme gencatan yang digaungkan Blinken itu semu dan dilakukan demi kepentingan politik semata.
Pasalnya, Menlu AS itu tampak memihak kepada ambisi Perdana Menteri Benjamin Nenyatahu yang bersikeras agar pasukan Israel tetap mengamankan Koridor Philadelphia meskipun gencatan senjata telah diraih.
“Pernyataan Blinken menyiratkan dukungan AS terhadap posisi Netanyahu dalam mempertahankan pasukan Israel di sepanjang Philadelphia, meskipun ada tentangan dari Hamas dan Mesir," ungkap sumber tersebut.
Alih-alih membuat Hamas setuju, posisi Blinken justru merusak negosiasi yang dibangun selama ini oleh mediator lain seperti Mesir dan Qatar.
"Ia (Blinken) menerima Netanyahu dan menjauhkan diri dari Hamas. menimbulkan keraguan signifikan tentang kelayakan upaya negosiasi," tegasnya.
Pejabat Israel, Mesir, dan Amerika bertemu di Kairo pada hari Minggu (18/6) dan Senin (19/8) untuk membahas masalah Koridor Philadelphia.
Menurut situs web Israel Walla, atas arahan Netanyahu, negosiator Israel mengusulkan agar pasukan mereka terus dikerahkan di sepanjang Koridor Philadelphia sebagai bagian dari fase pertama kesepakatan, meskipun dalam skala yang lebih kecil.
Namun, Mesir menolak usulan ini, dan AS menjelaskan kepada Israel bahwa peta yang disajikan tidak dapat diterima.
Koridor Philadelphia adalah zona penyangga demiliterisasi sepanjang 14 kilometer di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Lokasi ini tetap menjadi salah satu titik kritis utama dalam negosiasi antara Israel dan Hamas.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai pertukaran tahanan dan kesepakatan gencatan senjata yang akan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, upaya mediasi terhenti karena Netanyahu menolak tuntutan Hamas untuk menghentikan perang secara permanen.
BERITA TERKAIT: