Kenya, yang menjadi salah satu negara yang perekonomiannya paling terguncang parah akibat Covid-19, yang lalu disusul oleh gelombang kejut perang di Ukraina dan kekeringan bersejarah di Tanduk Afrika.
Menurut angka Departemen Keuangan, utang publik di negara berpenduduk 53 juta jiwa mencapai lebih dari 10,100 miliar shilling (70 miliar dolar AS) pada akhir Juni, mewakili sekitar dua pertiga dari produk domestik bruto.
Meskipun ada pertumbuhan di sektor pariwisata, IMF mengatakan saat ini Kenya berada di bawah tekanan pada aset likuidnya, terutama karena Eurobond yang jatuh tempo dalam jumlah besar pada bulan Juni 2024 sebesar 2 miliar dolar AS.
“Perekonomian telah menunjukkan ketahanan, dengan pertumbuhan PDB riil sebesar 5,4 persen pada paruh pertama tahun 2023, terutama berkat pemulihan yang solid di sektor pertanian setelah kembalinya musim hujan,” kata IMF dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (17/11).
Meskipun inflasi telah melambat, harga bensin, bahan makanan pokok, dan energi di Kenya masih tetap tinggi.
Biaya pembayaran utang publik negara tersebut, terutama ke China, telah meningkat tajam seiring dengan jatuhnya mata uang.
BERITA TERKAIT: