Komitmen ini disampaikan oleh Menteri Industri dan Teknologi Maju UEA, Sultan al-Jaber selama pertemuan puncak iklim yang diselenggarakan di Kenya pada Selasa (5/9).
"Kami akan mengerahkan dana sebesar 4,5 miliar dolar AS untuk memulai proyek-proyek energi bersih yang menguntungkan di benua yang sangat penting ini," ujar Al Jaber, seperti dimuat
Al Arabiya.
Para kepala negara, serta pemimpin pemerintahan dan industri, termasuk di antara ribuan peserta pertemuan Nairobi, di mana Afrika mempromosikan potensinya sebagai pembangkit tenaga energi ramah lingkungan.
KTT Iklim Afrika akan disusul dengan KTT COP28 pada akhir tahun ini di Dubai, yang diperkirakan akan menampilkan agenda-agenda seputar energi dunia masa depan.
“Jika Afrika kalah, kita semua rugi,” tegas Al Jaber.
Dia mengatakan investasi tersebut bertujuan untuk mengembangkan 15 GW (gigawatt) listrik ramah lingkungan pada tahun 2030 dan mengkatalisasi setidaknya tambahan 12,5 miliar dolar AS dari sumber-sumber multilateral, publik, dan swasta.
Badan Energi Terbarukan Internasional mencatat, kapasitas pembangkit listrik terbarukan di benua ini adalah 56 gigawatt pada tahun 2022.
Negara-negara di Afrika terkendala oleh meningkatnya biaya utang dan kurangnya pendanaan, dan meskipun sumber daya alam berlimpah, hanya tiga persen investasi energi di seluruh dunia yang dilakukan di benua ini.
BERITA TERKAIT: