Sebuah artikel yang ditulis Yu Sheng dan Siying Jia dari Universitas Peking menyebut keterbatasan lahan dan pasokan air, masalah pertanian kecil, populasi pedesaan yang menua, dan cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat mengganggu produksi dan distribusi pangan.
Studi terbaru menunjukkan bahwa curah hujan ekstrem telah menyebabkan penurunan hasil panen padi di China sebesar 8 persen selama dua dekade terakhir.
Artikel yang dimuat
East Asia Forum itu menyebut situasi perubahan iklim memperburuk kekhawatiran kerawanan pangan yang disebabkan oleh seringnya serangan hama, kekeringan parah, dan peningkatan emisi karbon.
Untuk mengatasi tantangan yang timbul akibat perubahan iklim, pemerintah China telah menerapkan tiga rangkaian tindakan. Langkah-langkah ini meliputi perbaikan sistem irigasi, infrastruktur pertanian, transportasi lainnya.
Hal ini mencakup inisiatif seperti menyalurkan air dari selatan ke utara dan membangun lahan pertanian berstandar tinggi dan fasilitas pemeliharaan air.
Pemerintah juga berinvestasi dalam penelitian pertanian dan inovasi teknologi, serta mendorong penerapan varietas tanaman yang tahan iklim. Selain itu, upaya telah dilakukan untuk memperkuat sistem asuransi untuk produksi pertanian.
Beijing telah menerapkan kebijakan publik untuk secara aktif mendorong transisi menuju sistem produksi pertanian berkelanjutan.
Pada tahun 2015, Beijing memperkenalkan strategi yang menekankan pentingnya peningkatan kapasitas dibandingkan hanya berfokus pada target output dalam produksi biji-bijian.
Sejak penerapan Rencana Aksi untuk Pertumbuhan Nol Penggunaan Pupuk pada tahun 2015, penggunaan pupuk dan bahan kimia di bidang pertanian telah berkurang sepertiganya.
China juga mempertimbangkan untuk mendiversifikasi sumber pangannya melalui peningkatan impor biji-bijian dan tanaman penghasil minyak.
Pada tahun 2022, China mengimpor 91 juta ton kedelai dan 20,6 juta ton jagung, yang menyumbang sekitar 14 persen dari total konsumsi biji-bijian di dalam negeri.
Meskipun kampanye ini membantu memitigasi potensi kekurangan pangan yang disebabkan oleh gangguan terkait iklim dalam jangka pendek dengan memperkuat swasembada biji-bijian dalam negeri, namun dampak jangka panjang dari kebijakan-kebijakan ini terhadap mitigasi perubahan iklim masih belum pasti.
Selama empat dekade terakhir, China telah mencapai prestasi signifikan dalam menjaga ketahanan pangan melalui reformasi kelembagaan, kemajuan teknologi, dan peningkatan investasi pada infrastruktur pertanian publik.
Antara tahun 1978 hingga 2022, jumlah total hasil pertanian tumbuh sebesar 4,5 persen per tahun, lebih dari empat kali lipat pertumbuhan penduduk pada periode yang sama.
Pada tahun 2022, total produksi biji-bijian China mencapai rekor tertinggi dalam sejarah yaitu 686,53 juta ton, sehingga meningkatkan pasokan pangan dalam negeri secara signifikan.
BERITA TERKAIT: