Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kebakaran di Maui Membuka Ketegangan Masa Silam terkait Hak atas Air

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 26 Agustus 2023, 08:39 WIB
Kebakaran di Maui Membuka Ketegangan Masa Silam terkait Hak atas Air
Kebakaran hutan di Lahaina, Hawaii, Senin, 21 Agustus 2023. Pengembang lahan di sekitar komunitas Maui yang terancam segera meminta izin kepada pejabat negara untuk mengalihkan mengalirkan air untuk membantu melawan api yang semakin besar/Net
rmol news logo Kebakaran Maui tidak hanya melahirkan kesengsaraan bagi penduduknya yang kehilangan rumah, tetapi juga kekhawatiran akan terampasnya tanah mereka. Di tengah derita itu, ada konflik lain yang muncul yaitu perselisihan mengenai air.

Tak lama setelah kebakaran hutan paling mematikan di AS dalam lebih dari satu abad, pengembang lahan di sekitar komunitas Maui yang terancam punah, West Maui Land Company, segera meminta izin kepada pejabat negara untuk mengalihkan air dari sungai untuk melawan kobaran api yang semakin besar.

Komisi Hawaii yang mengawasi pengelolaan air menyetujui permintaan West Maui Land Company. Sayangnya, meski menyetujui, badan negara tersebut tidak bergerak cepat. Komisi bahkan meminta agar Maui Land Company berbicara terlebih dulu dengan petani talas hilir yang bergantung pada air sungai.

"Yang kami minta hanyalah kemampuan untuk menyediakan air untuk pencegahan dan pemadaman kebakaran, untuk membantu masyarakat mengatasi kebakaran, agar kita bisa cepat memulihkan diri dan untuk membangun kembali apa yang telah hilang,” ujar Glenn Tremble, dari West Maui Land Company, seperti dikutip dari CBS, Jumat (25/8).

Dalam pesan singkatnya kepada NBC News, Tremble menegaskan permintaan penambahan air itu adalah murni untuk pencegahan kebakaran.

Namun, petani dan masyarakat sekitar seakan keberatan, mengatakan air yang diinginkan pengembang untuk waduknya tidak akan memberikan dampak positif terhadap kebakaran yang terjadi. Alasannya, waduk tersebut tidak memasok hidran kebakaran di Kabupaten Maui, dan helikopter pemadam kebakaran – yang bisa saja masuk ke dalam waduk untuk mengambil air – terhenti karena angin kencang.

Gubernur Hawaii, Josh Green, menyatakan pada konferensi pers setelah kebakaran, bahwa penduduk asli Hawaii menghalangi upaya untuk mengalihkan air bahkan dalam keadaan darurat.

“Satu hal yang perlu dipahami masyarakat, terutama mereka yang tinggal jauh, adalah telah terjadi banyak konflik air di Maui selama bertahun-tahun,” kata Green.

“Penting bagi kita untuk jujur ??mengenai hal ini. Masyarakat telah berjuang melawan pelepasan air untuk memadamkan kebakaran," katanya.

Konflik terkait air ini mengingatkan lagi sejarah silam sekitar tahun 1800-an tentang praktik distribusi air yang tidak adil ketika perkebunan didirikan pada masa penjajahan.

Pengalihan aliran sungai di Maui mengingatkan pada pertikaian mengenai hak atas air di negara-negara bagian Barat yang dilanda kekeringan, yang mempertemukan suku-suku asli Amerika melawan petani dan petani melawan daerah perkotaan.

Penduduk asli Hawaii telah lama berjuang untuk melindungi apa yang mereka anggap sebagai sumber daya suci.

“Pada suatu waktu, Lahaina dikenal sangat hijau dan subur,” kata Blossom Feiteira, seorang praktisi budaya asli Hawaii dan penduduk asli Lahaina. Orang Hawaii sangat menghormati air dan kelimpahannya menjadi alasan Lahaina menjadi ibu kota kerajaan Hawaii dari tahun 1820 hingga 1845, katanya.

Ketika ladang tebu dan nanas bekas perkebunan ditutup pada tahun 1980-an dan 1990-an, air dialihkan ke pemukiman yang memiliki halaman rumput hijau subur dan kolam renang, katanya.

Perusahaan Pertanahan Maui Barat mengatakan Komisi Pengelolaan Sumber Daya Air negara bagian tidak boleh memprioritaskan “ladang milik satu orang” daripada memadamkan api yang disebabkan oleh angin.

“Tidak ada seorang pun yang senang jika ada air di sungai tetapi rumah kami, bisnis kami, tanah kami, dan kehidupan kami menjadi abu,” kata perusahaan tersebut.

Sikap petani yang tak rela airnya diambil juga dilatarbelakangi dengan peristiwa beberapa tahun lalu.

West Maui Land Company dan anak perusahaannya memiliki sejarah konflik dengan komisi air yang pada tahun 2018 mendenda sebuah perusahaan air yang terkait dengan organisasi tersebut dengan denda maksimum 1.500 dolar AS karena membangun bendungan beton di aliran Olowalu tanpa izin. Lalu pada bulan Maret 2022, West Maui Land Company dianggap melanggar peraturan penggunaan air dan telah mengambil air sungai melebihi batas yang ditentukan. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA