Menurut Lukashenko, dirinya memiliki hak veto atas setiap penggunaan senjata nuklir taktis yang ditempatkan Rusia di wilayahnya.
Sehingga, ketika Presiden Vladimir Putin ingin menggunakan senjata tersebut, maka harus melalui persetujuan Belarusia terlebih dahulu.
"Jika Rusia memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir, maka saya yakin Rusia akan berkonsultasi dengan kami," tegasnya, seperti dimuat
The Jerusalem Post. Terkait konflik nuklir, Lukashenko menyatakan kedua negara telah melakukan kontrol bersama dengan sempurna. Oleh sebab itu, tidak akan ada peluncuran senjata nuklir jika salah satu pihak menolak.
"Jika saya atau rakyat kita atau negara kita tidak menginginkan sesuatu, maka itu (konflik nuklir) tidak akan terjadi," ungkapnya.
Putin yang menguasai kekuatan nuklir terbesar di dunia, Maret lalu mengumumkan rencananya untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di Belarus.
Dia mengatakan pengerahan senjata tidak bertentangan dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir tahun 1968 karena senjata akan dikendalikan oleh Rusia seperti halnya senjata nuklir AS di Eropa secara resmi dikendalikan oleh Amerika Serikat.
Presiden Belarusia bulan lalu mengklaim senjata yang dijanjikan Putin telah sampai di wilayahnya.
Amerika Serikat mengkritik penyebaran nuklir Putin tetapi tidak berniat mengubah kebijakan karena belum melihat tanda-tanda Rusia berani menggunakan senjata tersebut.
Hingga kini Putin belum mengatakan senjata nuklir taktis mana yang telah dikerahkan ke Belarus.
Tetapi Lukashenko menyebut senjata itu tiga kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang pada Agustus 1945.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: