Berbicara di Ankara tak lama setelah pengumuman hasil perolehan suara, Kilicdaroglu, kandidat presiden dari aliansi oposisi utama, mengatakan akan terus memimpin perjuangannya melawan rezim Erdogan.
Ia juga menuturkan bahwa perolehan 47,9 persen suara yang diraihnya, telah menunjukkan bahwa ada keinginan rakyat untuk mengubah pemerintahan yang otoriter.
Meskipun secara tidak langsung mengakui bahwa dia kalah dalam pemilihan presiden melawan Erdogan, Kilicdaroglu menggambarkan pemilihan putaran kedua sebagai salah satu pemilihan paling tidak adil yang pernah ada dalam sejarah Turkiye.
“Aset negara telah sepenuhnya dijanjikan kepada satu orang,” kata Kilicdaroglu, mengacu pada Erdogan yang meraih 52,14 persen suara, seperti dikutip dari
Hurriyet Daily, Senin (29/5).
Bagaimanapun, Kilicdaroglu dalam pidatonya tetap berterima kasih kepada semua pemilih yang memberikan suara mereka dan secara khusus memuji komponen Aliansi Bangsa, menekankan bahwa lebih dari 25 juta orang memilihnya
“Saya tidak pernah bisa tinggal diam ketika hak-hak Anda dilanggar. Saya tidak pernah bisa mentolerir Anda menjadi warga negara kelas dua setelah jutaan pengungsi datang ke sini,” katanya.
Pria berusia 74 tahun itu kemudian mengungkapkan keprihatinan akan masa depan Turkiye di bawah kepimpinan Erdogan.
“Kesedihan saya yang sebenarnya adalah kenyataan bahwa kita akan mengamati hari-hari yang lebih sulit di depan. Tetapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa kitalah yang akan mencoba berdiri di depan mereka lagi," tegas pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP).
BERITA TERKAIT: