Puluhan orang yang merupakan kerabat para pelajar yang menjadi korban, berkumpul untuk melakukan demonstrasi di Desa Chenapau.
Berdasarkan laporan yang dimuat
Malaymail, Selasa (23/5), api telah melahap habis asrama yang menampung gadis berusia 11-17 tahun pada Minggu, dengan sekitar 63 murid dilaporkan berada di dalam gedung saat kejadian.
Saat ini, lusinan murid yang mengalami luka-luka masih mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit negara itu.
Belum diketahui penyebab dari kebakaran yang memakan banyak korban itu, akan tetapi para demonstran menduga ada kesengajaan yang dilakukan dari pihak asrama, karena telah menutup jendela.
Para pengunjuk rasa banyak yang menangis sambil mengangkat spanduk untuk menuntut keadilan dan kompensasi. Mereka menggugat fakta bahwa asrama telah menutup jendela saat kejadian itu.
“Rasa sakit yang luar biasa, penderitaan, trauma. Siapa yang akan bertanggung jawab? Mengapa anak-anak sekolah dipanggang dalam perangkap maut? Apa yang akan kita katakan kepada orang tua?" kata seorang aktivis Asosiasi Rakyat Amerindian (APA), Michael McGarrell, yang kehilangan dua keponakannya.
Menanggapi kemarahan itu, seorang anggota parlemen oposisi, Natasha Singh-Lewis, turut menyerukan penyelidikan atas penyebab kebakaran tersebut.
“Kita perlu memahami bagaimana insiden yang paling mengerikan dan mematikan ini terjadi dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah agar tragedi semacam itu tidak terjadi lagi,” ujarnya.
BERITA TERKAIT: