Dalam tulisan berjudul
"Flagrant offence: the French State News Agency (AFP) persists in exonerating the Algerian regime and charging Morocco",
Le Matin mengungkap bahwa
AFP kerap mempublikasikan berita dengan sudut pandang dan
framing yang berbeda untuk kedua negara.
"Ketika memberitakan perkembangan hubungan kedua negara,
AFP cenderung mengistimewakan Aljazair, namun ketika beritanya sampai di Maroko sudut pandang yang disajikan sudah berbeda," tulis harian tersebut.
Parlemen Eropa dengan suara mayoritas pekan lalu menetapkan Aljazair bersalah karena menindas kebebasan pers dan berekspresi, merujuk pada salah satu kasus, di mana jurnalis Ihsane El Kadi mendapat hukuman lima tahun penjara bulan lalu.
Kendati demikian, publikasi
AFP tentang resolusi Parlemen Eropa yang mengutuk Aljazair, ditulis dengan diksi yang lebih lunak, yakni anggota parlemen "telah meminta" dan "memanggil" Aljazair .
Sementara ketika tulisan itu diterbitkan di Maroko,
AFP sengaja menggunakan bahasa yang sangat kritis, dengan menyebut bahwa anggota parlemen "mengkritik keras " dan "menuntut" tindakan Aljazair.
Menurut
Le Matin, perlakuan yang berbeda dalam pemilihan diksi ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesalahpahaman tentang situasi sebenarnya di kedua negara.
Le Matin menyebut perlakuan bias
AFP terhadap Maroko sejalan dengan tekanan politik dan media Prancis untuk melunakkan konten resolusi Parlemen Eropa terhadap Aljazair.
Manuver yang biasa dilakukan di aula lembaga legislatif dan di beberapa ibu kota Eropa tidak berhasil seperti yang diharapkan.
Hal itu membuat beberapa anggota parlemen tidak senang dan kalangan politik serta media Prancis lainnya tampak berusaha keras untuk itu.
BERITA TERKAIT: