Di hadapan massa di Bandara Ataturk Istanbul, pendiri Partai Keadilan dan Pembangunan AKP itu menguraikan pencapaian pemerintah selama 21 tahun terakhir dan berjanji untuk melanjutkan tren positif kepimpinannya.
"Dalam 21 tahun, kami telah menyediakan lapangan pekerjaan dan makanan bagi 21 juta orang. Kami juga membangun 10,5 juta rumah baru dalam 21 tahun dan menyediakan rumah untuk keluarga," kata Erdogan, seperti dikutip dari
Anadolu Agency, Senin (8/5).
Pada kesempatan itu Erdogan juga membagikan video proyek dan pekerjaan yang telah direalisasikan partai, sambil membagikan video lain yang menyebutkan tujuan presiden ke depan.
“Kami tidak hanya menambahkan selisih inflasi pada gaji pegawai negeri kami di bulan Juli, kami juga akan meningkatkan bagian kesejahteraan. Pada Selasa (9/5), saya berharap dapat mengumumkan kepada publik hasil pembicaraan yang sedang dilakukan Menteri kita dengan serikat pekerja," katanya.
Lebih lanjut dia Erdogan berjanji untuk menyediakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran sekaligus menjanjikan insentif baru bagi kaum muda.
Presiden Turkiye juga menyinggung gempa bumi 6 Februari yang menghancurkan.
"Kami memindahkan reruntuhan dalam tiga bulan dan memulai pembangunan rumah baru. Kami mengirimkan rumah desa pertama selama liburan Bayram. Jumlah tempat tinggal dan rumah desa, yang pembangunannya proses sudah dimulai, sudah mencapai 142.000, dan jumlah rumah yang sudah diletakkan pondasinya sudah mencapai 59.000," katanya.
Pemerintahannya sedang bekerja untuk menghidupkan kembali kota-kota dengan 650.000 rumah.
Pemilihan di Turkiye akan berlangsung pada 14 Mei 2023. Pada pemungutan suara presiden, warga Turkiye akan memilih antara Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang mencalonkan diri kembali, kandidat oposisi terkemuka Kemal Kilicdaroglu, Muharrem Ince, dan Sinan Ogan.
Sementara itu, 24 partai politik dan 151 calon independen bersaing memperebutkan kursi di parlemen Turki yang beranggotakan 600 orang.
Istanbul penting bagi Erdogan, karena ia memulai karir politiknya di kota tersebut, dimulai sebagai walikota pada awal 1990-an sebelum menjadi perdana menteri dan presiden. Namun, pada 2019, partainya kalah dari oposisi di Istanbul dan ibu kota Ankara, mengakhiri pemerintahan Erdogan selama 25 tahun dan para pendahulunya di dua kota besar tersebut.
BERITA TERKAIT: