Aksi protes yang digagas oleh gerakan
"Home to Live" dan organisasi masyarakat lainnya dilakukan di jalan-jalan Lisbon dan kota-kota lain di Portugal.
Pengunjuk rasa menuntut pemerintah segera menangani peningkatan harga sewa rumah karena mereka semakin kesulitan memenuhi kebutuhan di tengah inflasi yang tinggi.
"Ada krisis perumahan besar hari ini. Ini darurat sosial," kata demonstran bernama Rita Silva, dari kelompok perumahan Habita, seperti dimuat
NST News.
Ilustrator bernama Diogo Guerra mengungkap banyak warga yang kesulitan mendapat tempat tinggal karena rumah banyak disewakan untuk wisatawan.
"Masyarakat yang menjadi tuna wisma setelah rumahnya digusur dan dijadikan tempat tinggal jangka pendek (wisatawan)," tuturnya.
Seorang eksekutif dari Italia yang tinggal di Lisbon, Nuncio Renzi mengaku tidak mampu menyewa flat, padahal gajinya melebihi rata-rata warga di sana.
"Dengan gaji saya, yang lebih tinggi dari gaji rata-rata di Lisbon, saya tidak mampu menyewa flat karena terlalu mahal," ungkapnya.
Menurut sebuah studi oleh CIA Landlords, Lisbon menjadi kota ketiga di Portugal yang paling tidak layak untuk ditinggali karena upah yang rendah dan harga sewa rumah yang tinggi.
Dengan tingkat inflasi Portugal saat ini yang mencapai 8,2 persen, membuat harga sewa melonjak 37 persen tahun lalu.
Sewa rata-rata untuk flat satu kamar tidur di Lisbon adalah sekitar 1.350 euro atau Rp 21,9 juta. Sementara tahun lalu, lebih dari 50 persen pekerja Portugal berpenghasilan kurang dari 1.000 euro atau Rp 16,2 juta per bulan.
Adapun upah minimum bulanan Portugal adalah 760 euro atau Rp 12 juta.
BERITA TERKAIT: