Berbicara pada upacara penanaman pohon di kantornya, Senin (6/3), Khamenei menyebut peracunan siswi di seluruh negeri sebagai kejahatan yang tak termaafkan dan mengatakan pihak berwenang harus secara serius menindaklanjuti masalah yang telah menimbulkan keresahan.
"Ini adalah kejahatan besar dan tak termaafkan," kata Khamenei, seperti dikutip dari
The National.
“Kalau terbukti para siswi diracun, pelaku kejahatan ini harus dihukum seberat-beratnya. Tidak akan ada ampunan untuk orang-orang ini," katanya.
Keracunan yang dialami puluhan siswi di beberapa sekolah di Iran, dimulai pada lima bulan lalu ketika protes anti-pemerintah nasional melonjak setelah kasus meninggalnya Mahsa Amini, seorang wanita muda yang ditangkap oleh polisi moralitas pada September tahun lalu.
Lebih dari 1.000 siswi telah terkena dampaknya, menurut pejabat, dengan kasus baru dilaporkan pada Sabtu ini.
Pendukung gerakan protes menuduh pemerintah, dan khususnya Korps Pengawal Revolusi Islam berada di balik peracunan tersebut.
Rekaman yang diposting di media sosial dari korban yang dicurigai menunjukkan gadis-gadis menangis, menjerit dan batuk, dengan banyak yang kesulitan bernapas.
Seorang jurnalis Iran yang melaporkan peristiwa tersebut, Ali Portbatabei, telah ditangkap, menurut
Radio Farda pada Senin. Jurnalis itu tinggal di Qom di mana lebih dari selusin siswi dibawa ke rumah sakit setelah dugaan serangan keracunan pada bulan November.
Sekelompok profesional medis Iran di AS dan Eropa telah mendesak organisasi internasional untuk menyelidiki apa yang mereka gambarkan sebagai "serangan terencana" oleh rezim dengan menggunakan zat yang digunakan dalam perang kimia.
“Sebagai dokter, kami memandang krisis di Iran ini sebagai skenario potensi korban massal,†kata mereka dalam surat terbuka yang dibagikan di media sosial.
“Republik Islam tampaknya tidak mampu atau tidak mau mengelola bencana ini,†lanjut surat itu.
BERITA TERKAIT: