Pada Selasa (7/2), China menolak permintaan panggilan telepon dari Washington, hal yang disayangkan oleh Pentagon.
Sekretaris pers Pentagon, Jenderal Pat Ryder, mengisyaratkan, permintaan panggilan telepon tersebut dibuat dengan tujuan meredakan ketegangan dan membuka jalan lebih jauh untuk dialog, setelah peristiwa balon mata-mata.
"Garis antara militer kita sangat penting di saat-saat seperti ini," kata Ryder, seperti dikutip dari
Reuters, Rabu (8/2).
"Sayangnya, RRT (China) telah menolak permintaan kami. Komitmen kami untuk membuka jalur komunikasi akan terus berlanjut,†tambahnya.
AS menggunakan F-22 Raptor untuk menembak jatuh "balon mata-mata" dengan rudal Sidewinder pada Sabtu sore. Ketegangan tidak mereda setelah balon tercebur ke Samudera Atlantik. China telah menjelaskan sebelum penembakan bahwa itu adalah pesawat tak berawak yang digunakan untuk penelitian cuaca yang akhirnya terbang karena terbawa angin, tanpa sengaja memasuki wilayah AS.
AS menegaskan mereka memiliki cukup bukti bahwa ini adalah balon pengintai.
Saat itu, Beijing mengatakan akan melanjutkan dialognya dengan para pejabat AS tentang kemunculan balon tersebut di langit Amerika. Namun, ketika AS akhirnya menembak jatuh balon tersebut, China mengajukan protes. Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan pernyataan keberatan dan tidak puas atas sikap AS yang menggunakan kekuatan.
“Pihak China telah dengan jelas meminta pihak AS untuk menangani situasi dengan baik dengan cara yang tenang, profesional, dan terkendali,†kata pernyataan Kementerian Luar Negeri China, menyebut keputusan pemerintah sebagai pelanggaran serius.
Balon memasuki wilayah udara AS pada 28 Januari di utara Kepulauan Aleutian di Alaska sebelum memasuki Kanada beberapa hari kemudian.
Balon itu kemudian muncul di Idaho utara sebelum perlahan-lahan melintasi AS, mendekati beberapa situs nuklir Amerika.
BERITA TERKAIT: