Laporan tersebut mengatakan bahwa sekitar 20 juta orang di Afghanistan akan menderita kelaparan akut pada akhir Maret 2023, dengan empat juta anak-anak dan perempuan yang paling terdampak oleh tingkat kekurangan gizi.
“Perekonomian yang memburuk telah menyebabkan penurunan tajam dalam pendapatan, meningkatnya utang, dan menciptakan pengangguran yang tinggi. Karena kenaikan harga komoditas yang parah, orang sekarang menghabiskan 71 persen dari pendapatan mereka hanya untuk makanan,†tulis laporan PBB, yang dimuat
ToloNews pada Kamis (29/12).
Kondisi tersebut diperparah dengan larangan yang diberlakukan oleh Taliban baru-baru ini terhadap perempuan yang bekerja di lembaga non-pemerintah (LSM).
Laporan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan, banyak keluarga yang tidak mampu membeli makanan dan bahan pemanas.
Seorang analisis ekonomi di Afghanistan kemudian mendesak kepada seluruh organisasi kemanusiaan di dunia untuk terus membantu negaranya, dengan melakukan investasi di Afghanistan
“Kami menuntut pemerintah dan organisasi saat ini untuk membantu kami di bidang investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi rakyat kami,†kata Shabir Bashiri, analis ekonomi.
Menanggapi hal yang memprihatinkan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan perlunya perdamaian yang harus diciptakan oleh seluruh masyarakat dunia, khususnya Afghanistan pada 2023 mendatang.
“Pada 2023, kita membutuhkan perdamaian lebih dari sebelumnya. Damai satu sama lain, melalui dialog untuk mengakhiri konflik. Damai dengan alam dan iklim kita, untuk membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Damai di rumah, sehingga perempuan dan anak perempuan bisa hidup bermartabat dan aman,†ujar Guterres.
BERITA TERKAIT: