Kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan di Doha, Qatar, pada Minggu, 19 Oktober 2025 yang dimediasi oleh Qatar dan Turki.
“Kedua pihak telah menyetujui untuk menghentikan pertempuran dan bekerja menuju perdamaian serta stabilitas yang berkelanjutan,” ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar, seperti dimuat
CNN.
Pertempuran terbaru meletus pada 10 Oktober, ketika Afghanistan menuduh Pakistan melakukan serangan udara di wilayah Kabul dan membalas dengan serangan lintas batas.
Pakistan menuding Kabul melindungi kelompok militan Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), tuduhan yang dibantah oleh Taliban Afghanistan. Bentrokan ini menjadi yang terburuk sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021.
Sebagai bagian dari kesepakatan, pemerintah Taliban menyatakan akan menghentikan dukungan terhadap kelompok yang menyerang Pakistan, dan kedua pihak berkomitmen untuk tidak menargetkan pasukan keamanan, warga sipil, atau infrastruktur penting.
“Langkah ini menunjukkan komitmen kami menjaga martabat tim perunding dan rakyat kami,” kata juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid.
Sebelumnya, kedua negara sempat menyepakati gencatan senjata selama 48 jam pada Rabu lalu, namun kekerasan terus berlanjut hingga Jumat meskipun ada upaya perpanjangan.
Delegasi tingkat tinggi Afghanistan yang dipimpin Menteri Pertahanan Mullah Muhammad Yaqoob kemudian berangkat ke Doha untuk melakukan perundingan.
Pemerintah Pakistan membantah tuduhan bahwa mereka menargetkan warga sipil.
“Semua spekulasi tentang serangan terhadap warga sipil adalah tidak benar dan hanya bertujuan mendukung kelompok teroris di dalam Afghanistan,” ujar Menteri Informasi Pakistan Attaullah Tarar melalui platform X.
Ia menambahkan, pasukan Pakistan menargetkan kamp militan yang terverifikasi dan berhasil menggagalkan beberapa serangan selama masa gencatan senjata.
Di tengah konflik, delapan orang termasuk tiga pemain kriket Afghanistan tewas akibat serangan udara Pakistan di provinsi Paktika.
BERITA TERKAIT: