Lebih dari selusin orang tewas dalam bentrokan antara pengikut Sadr dan milisi saingannya di Baghdad yang terjadi selama beberapa hari belakangan. Bentrokan terjadi karena dipicu akibat tidak ada kesepakatan yang dicapai mengenai pemerintah baru Irak, yang kemudian membuat ulama Syiah itu mengatakan dia pensiun dari politik.
"Al-Sadr bermaksud untuk melanjutkan mogok makan sampai kekerasan dan penggunaan senjata di negara itu berhenti,†kata Hassan al-Adari, kepala blok parlemen Sadrist, seperti dikutip dari
AFP, Selasa (30/8).
Bagaimana pun, perjuangannya tidak berarti harus disertai dengan kekerasan, menurutnya.
Al-Sadr, ulama Syiah berusia 48 tahun, mengatakan dia pensiun dari politik pada Senin pagi, mengutip kebuntuan parlemen yang sedang berlangsung dan kurangnya reformasi. Tak lama setelah pengumumannya itu, para pengikutnya bereaksi dengan menyerbu istana presiden.
Pemerintah sementara Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi menanggapi serangan dengan mengerahkan tank dan kendaraan lapis baja di sekitar "Zona Hijau" Baghdad dan menyatakan jam malam efektif pada pukul 15:30 waktu setempat.
Saat malam tiba di Baghdad, tembakan terus berlanjut. Sedikitnya 12 orang dipastikan tewas dalam kerusuhan tersebut.
Ada laporan yang belum dikonfirmasi tentang tembakan artileri di "Zona Hijau" dan aktivasi sistem pertahanan titik kedutaan AS.
Negara tetangganya, Kuwait bahkan telah meminta semua warganya untuk meninggalkan Irak, dengan alasan situasi keamanan.
Milisi Kurdi di utara Irak juga dilaporkan dalam siaga tinggi untuk kemungkinan serangan oleh sisa-sisa kelompok teroris Negara Islam (ISIS).
BERITA TERKAIT: