Dalam dokumen itu dijelaskan bahwa Perdana Menteri Kazakhstan Alikhan Smailov menandatangani dekrit yang menarik kembali RUU tersebut pada awal pekan ini yang merupakan hari pertama ia bekerja kembali setelah seminggu sebelumnya gelombang kerusuhan terjadi.
Dokumen tersebut tidak menyebutkan alasan untuk penarikan itu. Namun kesepakatan itu sendiri memang sudah mengundang tanda tanya sejumlah analis industri sejak diumumkan bulan lalu, karena tidak didahului oleh penawaran kompetitif.
Berdasarkan kesepakatan yang direncanakan, sebagaimana dikabarkan
Channel News Asia, perusahaan UEA dan dana negara Kazakhstan akan mendirikan perusahaan patungan di mana akan dibangun dua pembangkit listrik tenaga air serya pembangkit listrik tenaga surya, ladang angin dan pembangkit listrik tenaga gas di Kazakhstan.
Belum ada pernyataan resmi mengenai kabar tersebut. Namun, kabar itu menjadi sorotan baru setelah negara bekas Uni Soviet itu dilanda gelombang protes berujung kekerasan minggu lalu. Protes tersebut dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar dan berujung pada tersingkirnya pemimpin veteran Nursultan Nazarbayev yang mengundurkan diri sebagai presiden pada 2019 tetapi tetap mempertahankan kekuasaan sebagai ketua dewan keamanan.
Pada puncak krisis bulan ini, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengatakan bahwa dia akan mengambil alih peran dewan keamanan.
Sementara itu, Nazarbayev sendiri belum memberikan komentar dan tidak terlihat di depan umum sejak kerusuhan dimulai.
BERITA TERKAIT: