Langkah Kazakhstan diambil lebih dari 30 tahun setelah negara Asia Tengah itu menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada 1992. Pemerintah menyebut keputusan itu sebagai hal yang wajar.
“Aksesi kami terhadap Abraham Accords merupakan kelanjutan logis dari arah kebijakan luar negeri Kazakhstan yang menekankan dialog, saling menghormati, dan stabilitas regional,” menurut pernyataan pemerintah, dikutip dari
AFP, Jumat 7 November 2025.
Pengumuman ini disampaikan menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan para pemimpin Asia Tengah. Utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, sempat memberi bocoran sebelumnya dengan menyebut “ada satu negara lagi” yang akan bergabung, tanpa menyebutkan nama.
Langkah ini semakin memperkuat kedekatan Kazakhstan dengan Washington. Pada hari yang sama, Presiden Kassym-Jomart Tokayev berada di AS untuk menandatangani kerja sama baru terkait mineral penting.
Sebelumnya, Trump menjadi tokoh utama di balik Abraham Accords saat masa jabatan pertamanya, yang membuka hubungan resmi antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, serta Maroko. Meski dianggap sukses diplomatik, perjanjian itu dikritik karena mengabaikan perjuangan rakyat Palestina dan tidak menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Bergabungnya Kazakhstan menunjukkan semakin luasnya jangkauan kesepakatan tersebut, di tengah upaya Trump memosisikan dirinya kembali sebagai tokoh “pembawa damai” di Timur Tengah.
BERITA TERKAIT: