Perjanjian itu ditantangani oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan rekannya dari Jepang, Nobuo Kishi dalam pertemuan 2+2 di Tokyo pada Selasa (30/3).
Perjanjian itu juga menjadi salah satu upaya Indonesia untuk melakukan modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan pengembangan industri pertahanan nasional.
Dalam pertemuan 2+2, Prabowo dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan pembicaraan bilateral dengan menhan dan menlu Jepang.
Selain membahas industri pertahanan, pertemuan 2+2 juga melakukan pembicaraan mengenai kerja sama militer di bidang pendidikan, kunjungan pejabat, hingga forum dialog sesuai dengan ruang lingkup Nota Kerja Sama dan Pertukaran Bidang Pertahanan 2015.
Prabowo juga mendorong terwujudnya latihan bersama antar kedua angkatan bersenjata.
Sebelum pertemuan 2+2, Prabowo dan Retno juga melaksanakan kunjugan kehormatan kepada Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga.
Suga menyambut baik kunjungan dua menteri dan berharap agar Perjanjian Alih Alutsista dan Teknologi akan menjadi landasan kerja sama keamanan yang lebih dalam antara kedua negara. Kedua belah pihak juga sepakat untuk mempromosikan kerja sama keamanan dan pertahanan termasuk pengalihan alat dan teknologi pertahanan.
Di samping itu, dibahas pula mengenai Pengembangan Kapasitas dan Berbagi Pengalaman dan Pengetahuan tentang Bantuan Kemanusiaan dan Kerja Sama Bantuan Bencana atau
Humanitarian Assistance and Disaster Relief (HADR). Topik ini sangat penting mengingat kedua negara sering menghadapi berbagai bencana alam sehingga diperlukan sumber daya manusia yang profesional dalam menangani bencana.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: