Dilansir oleh
Morocco Wold News (Senin, 12/8), Ghali mengatakan bahwa Polisario mengulurkan tangan ke Kerajaan Maroko untuk melakukan perdamaian, rekonsiliasi, dan keharmonisan bertetangga.
Sebagai tambahan, Ghali juga mengatakan bahwa Maroko dapat memperlakukan SADR, negara yang diproklamirkan sendiri sebagai negara persaudaraan daripada mengikuti kebijakan tidak adil yang melanggar legitimasi dan sejarah.
Lebih lanjut, Ghali juga mengajak Maroko untuk bergerak bersama membangun kawasan dan menciptakan stabilitas keamanan dan pembangunan.
Namun demikian, ajakan itu kontras dengan yang dilontarkan seminggu lalu saat Ghali menyerukan perang dengan Maroko.
Ghali mengumumkan rencananya untuk mengimplementasikan wajib militer di kamp-kamp Tindouf di Aljazair sebagai persiapan perang yang tak terhindarkan melawan musuh yang tak kenal belas kasih.
Sementara itu, Raja Maroko, Mohammed VI pada peringatan malam penobatannya, 29 Juli lalu menegaskan kembali prinsip dan posisi Maroko dan menekankan bahwa rencana otonomi Maroko adalah satu-satunya cara menghindari konflik.
Maroko juga percaya bahwa Front Polisario telah melanggar hak asasi manusia di kamp Tindouf dan tidak memiliki legitimasi untuk mewakili Sahrawis.
Oleh karena itu, Maroko meminta Aljazair untuk bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik karena telah mempersenjatai Polisario.
BERITA TERKAIT: