Dia ditembak saat tengah berjalan-jalan santai menuju Kachodra bersama teman-teÂmannya. Nabi mengatakan, sekelompok pasukan India memÂberondong anak muda dengan peluru tajam tanpa alasan.
Kejadian itu terjadi Minggu (1/4). Saat itu, desa Kachodra, dekat perbatasan Kota Shopian, Kashmir, tengah menjadi bulan-bulanan serangan peluru tajam personel India. Setidaknya 19 tewas dalam insiden itu. Empat korban tewas di antaranya adaÂlah warga sipil.
Lokasi Nabi dirawat, Rumah Sakit Shri Maharaja Hari Singh (SMHS) kelebihan pasien, mayoritas korban tembakan dengan luka di wajah, terutama mata. Petugas mengatakan, 41 pemuda dirawat di rumah sakit itu.
"Kami tidak melakukan tindaÂkan yang memprovokasi. Kami bahkan berteriak kalau kami hanya remaja biasa. Tapi berondongan tembakan dimuntahkan polisi. Sembilan anak-anak sebaya saya terkena tembakan," ujar Nabi.
Serangan membabi buta ini membangkitkan kenangan warÂga Pakistan yang berada di perÂbatasan dengan Kahmir. Insiden penembakan anak muda dengan menyasar wajah dan mata makin meningkat setelah kematian pemimpin pemberontak KashÂmir Burhan Wani pada 2016.
Pembunuhan Wani oleh miliÂter India dinilai berlebihan dan menentang prikemanusiaan.
Ribuan warga memprotes sebulan penuh kepada pemerinÂtah India. Sebagai balasan, India mengerahkan pasukan bersenÂjata dan menembaki pendemo. Kebanyakan luka diderita di wajah dan mata.
Kini, serangan brutal kepada remaja di perbatasan Kashmir seolah membangkitkan kengeÂrian momen dua tahun lalu.
Anak-anak menjadi waswas saat keluar rumah. Sekolah pun menjadi sepi karena para orang tua melarang anak mereka masuk sekolah.
Mereka menduga polisi India sengaja menyasar mata para anak muda agar mereka kehilangan masa depan karena tidak lagi bisa beraktivitas setelah menjadi buta.
"Kebanyakan luka tidak memÂbahayakan nyawa. Hanya saja, luka ini membuat mayoritas pasien menjadi buta permanen," ujar seorang dokter bedah mata.
"Dalam dua tahun terakhir, saya merawat lebih dari 1.000 pasien yang kebanyakan memang anak muda. Mereka disasar matanya," ujar dokter bedah mata lagi.
Adil Sheikh bernasib serupa dengan Nabi.
"Saya pergi berbelanja dan saat pulang, saya ditembaki," kenang Sheikh.
Luka Sheikh lebih parah dari Nabi. Wajah sebelah kirinya membengkak akibat infeksi luka. Dia bahkan sulit berbicara.
Suasana rumah sakit SHMS terasa seperti dua tahun lalu. Kelompok HAM internasional memprotes sikap pemerintah InÂdia yang cuek dengan insiden ini. Amnesty International mendesak personel militer India untuk tidak menggunakan peliru tajam daÂlam memberikan peringatan.
"Peluru mereka sudah mematiÂkan masa depan putra-putra kami. Mereka ingin membungkam kami dengan peluru mereka," ujar Hanifa, ibu yang putranya buta akibat serangan peluru tajam.
"Mereka bukan menembak kaki, tangan atau perut. Mereka hanya menyasar mata," samÂbung Hanifa sedih.
Kepala keamanan di kawasan Shopian, Ambarkar Shriram Dinkar, menyebut pasukannya tidak mungkin sengaja menemÂbaki anak-anak.
"Kebanyakan mereka korban peluru nyasar. Makanya kami menyarankan mereka untuk tidak bermain di kawasan yang disengketakan," pungkas DinÂkar. ***
BERITA TERKAIT: