Mengutip Reuters pada Selasa, 2 Desember 2025, tingkat pertumbuhan ini bukan hanya lebih tinggi dari capaian kuartal sebelumnya yang berada di level 7,8 persen, tetapi juga jauh mengungguli laju pertumbuhan banyak negara lain saat ini termasuk Indonesia, yang hanya 5,04 persen.
Lonjakan tersebut terutama didorong oleh aktivitas manufaktur dan konstruksi, serta konsumsi domestik yang tetap kuat. Di sisi lain, sektor jasa profesional, keuangan, dan real estat juga terjaga pada tingkat ekspansi hingga 10,2 persen selama Juli–September, yang memberi sumbangan penting bagi geliat ekonomi India.
Kepala ekonom Axis Bank, Neelkanth Mishra, menegaskan bahwa pertumbuhan sebesar ini tidak terjadi secara instan. Sebelumnya India resmi terkena tarif hingga 50 persen untuk sejumlah produk ekspornya ke AS, yang sempat menyebabkan penurunan ekspor secara signifikan.
Namun, untuk mengurangi tekanan tersebut, pemerintah India merespons dengan kebijakan agresif berupa pemangkasan pajak barang dan jasa secara luas mulai 22 September. Sebelumnya India juga telah menurunkan pajak penghasilan bagi individu.
Kedua kebijakan pemotongan pajak ini berdampak langsung pada peningkatan daya beli nasional. Fenomena itu tergambar jelas dari melonjaknya pembelian emas dan kendaraan hingga memecahkan rekor pada Oktober.
"Meski begitu, defisit perdagangan barang India mencapai rekor tertinggi baru akibat melemahnya ekspor dan tingginya impor emas," ujar Mishra.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan terbarunya memproyeksikan pertumbuhan PDB riil India menjadi 6,6 persen pada 2026 dan kembali turun menjadi 6,2 persen pada 2027.
Proyeksi tersebut diasumsikan dengan latar kondisi berlarutnya ketidakpastian kesepakatan dagang AS-India yang berpotensi menekan kinerja ekspor India.
Dalam laporan serupa, IMF memperkirakan ekspor barang India akan turun 5,8 persen pada 2026 menjadi 416 miliar Dolar AS; sementara impor diproyeksikan naik 2,4 persen menjadi 746 miliar Dolar AS.
"Meskipun terdapat hambatan eksternal, pertumbuhan diperkirakan akan tetap kuat, didukung oleh kondisi domestik yang kondusif," tulis IMF dalam laporan tersebut.
BERITA TERKAIT: