Anak-anak Afghanistan Semangat Bersekolah

Senin, 26 Maret 2018, 10:51 WIB
Anak-anak Afghanistan Semangat Bersekolah
Foto/Net
rmol news logo Dunya Saboori (8) siap-siap berangkat sekolah. Gadis cilik itu tidak ingin terlambat masuk sekolah pada awal pekan ini yang menandai tahun ajaran baru di Afghanistan.

"Ini hampir jam 07.00 dan kita akan terlambat,"  keluh Dunya ketika duduk di ruang keluarga, di rumahnya, di Kabul.

Setelah liburan panjang se­lama lebih dari dua bulan, Dunya tak sabar bertemu dengan teman-temannya. Aktivitas semacam itu seperti yang dialami jutaan anak di seluruh dunia menjelang berangkat sekolah.

Namun di Afghanistan yang sedang dianda perang, rutinitas mengantar dan menjemput anak-anak di sekolah merupakan hal yang penuh dengan bahaya.

Warga sipil kerap terjebak situasi kekerasan mematikan.

Ibu Dunya, Maliha tentu khawatir dengan keselamatan anaknya. Namun, dia tetap me­mastikan anak-anaknya mening­galkan rumah tepat waktu.

Dunya dan kedua adiknya, Sana dan Sama, memakai se­ragamnya yang rapi disetrika, menutupi rambut hitam mereka dengan syal hitam, dan mem­bawa tas punggung baru mereka menuju ke sekolah.

Bersama ayahnya, Baqi, ked­uanya di antar ke sekolah melewati jalan-jalan yang sibuk di Kabul.

Dunya dan Sana, termasuk di antara lebih dari 8 juta anak yang terdaftar di sekolah di se­luruh Afghanistan tahun ini dan sekitar 40 persennya merupakan murid perempuan.

Sementara, sekitar 3,5 juta anak usia sekolah lainnya ke­hilangan gedung sekolahnya yang rusak akibat konflik dan kemiskinan.

Tingkat literasi umum di Af­ghanistan merupakan salah satu yang terendah di dunia, hanya 36 persen.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berjanji akan memperbaiki sistem pendidikan dan menjadikan­nya sebagai prioritas tahun ini.

Ghani menjanjikan dana sebe­sar 200 juta dollar Amerika Ser­ikat atau Rp 2,7 triliun untuk pem­bangunan 6.000 gedung sekolah selama dua tahun ke depan.

Keamanan menjadi perhatian yang lebih besar bagi banyak orangtua. Maliha dan orangtua lainnya ingin bisa mengan­tar dan menjemput anak-anak perempuan mereka tanpa kha­watir bom akan meledak.

"Warga sipil berada dalam bahaya di mana-mana, ini meru­pakan keprihatinan bagi semua keluarga Afghanistan," kata Baqi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA