Antusiasme masyarakat ini nampak usai mereka menentukan pilihannya. Joseph Lamin misalnya, pria berumur 26 tahun ini merasa gembira setelah dirinya menjadi pemilih pertama yang menggunakan hak suaranya di pusat Freetown.
"Saya telah antri sejak 23:00 (waktu setempat) tadi malam dan saya sangat gembira tentang pemilu ini. Saya menggunakan hak suara untuk kemajuan Sierra Leone dan seorang pemimpin yang baik akan saya pilih," ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu tersebut, sebagaimana dilansir
al Jazeera (Sabtu, 17/11).
Sementara itu di Kenema, kota terbesar ketiga negara itu, meski pemilih harus mengantri sejak pukul tiga dini hari, namun hal itu tidak menyurutkan antusias pemilih untuk memberikan hak suara.
"Saya sangat gembira, kami menginginkan pemimpin yang baik yang akan menyediakan lapangan kerja bagi kaum muda," ujar pemuda 19 tahun asal Kenema, Aminata Toure.
Pemilihan ini diawasi secara ketat oleh ribuan pengamat lokal. Pasalnya, para pengamat ini mengatakan bahwa suara masyarakat Sierra Leone amat sangat penting demi mandat demokratis di negara Afrika Barat itu.
Dalam pemilu kali ini presiden incumbent, Ernest Bai Koroma, akan menghadapi delapan penantang, termasuk mantan pemimpin militer Julius Maada Bio.
Ini merupakan kali ketiga Sierra Leone menggelar pesta demokrasi sejak berakhirnya perang saudara yang terjadi pada tahun 1991 hingga 2002. Perang itu telah menewaskan lebih dari 50.000 orang.
[ian]
BERITA TERKAIT: