Ternyata, riset di Amerika Serikat menunjukkan hal yang mengejutkan. Bank of America Institute melaporkan dalam temuannya yang terbaru bahwa pada tahun 2025, hampir 24 persen dari seluruh rumah tangga di AS yang disurvei, hidup hanya mengandalkan gaji bulan ini ke gaji bulan berikutnya (living paycheck to paycheck).
Semnetara survei yang dilakukan Goldman Sachs Asset Management menyebutkan, 40 persen dari rumah tangga berpenghasilan tinggi ternyata masih hidup dari gaji bulan ini ke gaji bulan berikutnya.
Data temuan dari survei itu menunjukkan bahwa bahkan rumah-tangga berpenghasilan besar sekali pun tidak aman dari masalah keuangan, sekaligus menggarisbawahi pentingnya perencanaan keuangan untuk semua tingkat pendapatan.
'Gali lubang tutup lubang' artinya Anda menghabiskan 95 persen atau lebih dari gaji bulanan hanya untuk kebutuhan wajib seperti sewa rumah, makan, cicilan, dan lain-lain, sehingga nyaris tidak ada sisa untuk menabung atau bersenang-senang.
Selain alasan umum seperti biaya hidup naik dan utang besar, ada dua alasan utama mengapa pekerja bergaji berkali-kali lipat UMR tetap terjebak.
Mari kita lihat kisah Andi.
1. Inflasi Gaya Hidup (The Silent Killer) Andi adalah seorang supervisor di sebuah perusahaan. Ia bekerja keras dan akhirnya mendapat kabar gembira: promosi menjadi Asisten Manajer dengan kenaikan gaji yang signifikan,beberapa kali lipat dari UMR!
Alih-alih menyisihkan kenaikan gaji itu untuk tabungan pensiun atau dana darurat, Andi merasa inilah saatnya untuk menikmati hasil kerja kerasnya. Dulu andi naik motor ke kantor. Sekarang setelah gaji besar Andi membeli mobil baru secara kredit.
"Level saya sudah manajerial, masa masih naik motor?" pikir Andi.
Kenaikan gajinya yang lumayan itu langsung habis untuk cicilan mobil, bensin, dan biaya perawatan yang lebih mahal. Ia tidak sadar bahwa ia sedang mengalami "Inflasi Gaya Hidup".
Inflasi Gaya Hidup adalah kondisi di mana pengeluaran kita naik lebih cepat daripada kenaikan pendapatan. Gaji Andi memang besar, tapi biaya hidupnya melonjak lebih tinggi lagi. Kenaikan gaji tidak membuat dompetnya lebih tebal, hanya membuat pengeluarannya membengkak.
2. Ancaman di Luar KontrolSelain inflasi gaya hidup (yang bisa ia kontrol), Andi juga harus menghadapi ancaman dari luar: ketidakpastian ekonomi. Pandemi, krisis, atau bahkan resesi bisa membuat perusahaannya goyah, dan risikonya adalah PHK.
Jika Andi terus menghabiskan gajinya tanpa menyisihkan untuk Dana Darurat, saat badai ekonomi datang, ia tidak punya bantalan. Mobil mewah dan gaya hidupnya yang mahal itu tidak akan menolongnya jika tiba-tiba ia kehilangan pekerjaan.
Kisah Andi membuktikan gaji besar tidak otomatis menjamin kebebasan finansial. Uang tidak akan dikelola sendiri.
Untuk memutus lingkaran "gali lubang tutup lubang" ini, kuncinya sederhana yaitu disiplin dan kesadaran. Lalu ingatlah untuk:
Pertama, kenali aliran uang. Jangan hanya 'kira-kira'. Catat ke mana perginya setiap Rupiah gaji Anda.
Kedua, buat anggaran jelas. Tentukan batas pengeluaran Anda.
Ketiga, pindahkan dana darurat dan tabungan pensiun segera setelah gajian. Anggap itu sebagai 'tagihan' wajib yang harus Anda bayar untuk masa depan Anda sendiri.
Gaji besar hanya sebuah angka. Keamanan finansial sejati datang dari pengelolaan uang yang cerdas, bukan seberapa banyak yang Anda dapatkan.
BERITA TERKAIT: