Kini, satu bulan telah berlalu. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengonfirmasi bahwa tujuan awal Purbaya yang ingin mendorong peredaran uang dan memacu penyaluran kredit ke masyarakat lewat kebijakan tersebut, telah tercapai. Menurutnya, penempatan dana pemerintah ke perbankan, ditambah dengan kebijakan moneter BI yang memang longgar, langsung meningkatkan likuiditas.
"Kebijakan moneter longgar dan penempatan dana SAL Pemerintah di perbankan, mendorong kenaikan jumlah uang beredar," kata Perry secara daring, dikutip Sabtu 25 Oktober 2025.
Langkah ini membuat pertumbuhan uang primer atau uang yang langsung beredar melonjak hingga 18,58 persen pada September 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan sistem perbankan kini memiliki lebih banyak amunisi.
Namun, di tengah banjirnya likuiditas, Perry menyampaikan nada peringatan. Meskipun bank memiliki banyak uang, keinginan bank untuk menyalurkan pinjaman atau kredit masih belum sesuai harapan pemerintah. Ia menyoroti lambatnya penurunan suku bunga kredit, yang menjadi hambatan utama.
"Suku bunga kredit masih relatif tinggi," tegas Perry. Pertumbuhan kredit hanya tercatat 7,70 persen pada September, sedikit di atas bulan sebelumnya.
Meski BI sudah menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) secara signifikan, suku bunga pinjaman bank hanya turun tipis, dari 9,20 persen menjadi 9,05 persen. Lambatnya penurunan ini, salah satunya, dipengaruhi oleh suku bunga deposito yang masih tinggi karena bank bersaing untuk nasabah penyimpan dana besar. Di sisi lain, Perry juga mencatat bahwa permintaan pinjaman dari pengusaha juga belum kuat karena mereka masih bersikap
wait and see.
BERITA TERKAIT: