Menguatnya Dolar AS juga ditopang data ekonomi yang menunjukkan penurunan klaim baru tunjangan pengangguran.
Indeks DXY menguat 0,4 persen ke 97,347 pada perdagangan Kamis 18 September 225 waktu setempat.
Dolar AS sempat anjlok ke posisi terendah sejak Februari 2022 di level 96,224 usai keputusan the Fed, namun kemudian berbalik menguat.
Chairman Fed Jerome Powell menyebut pemangkasan suku bunga 25 basis poin itu sebagai langkah manajemen risiko merespons pelemahan pasar tenaga kerja, namun menegaskan bank sentral tidak perlu terburu-buru dalam pelonggaran. Pernyataan ini dianggap tidak se-"dovish" seperti harapan sebagian pelaku pasar.
Poundsterling sempat menguat versus Dolar AS usai Bank of England (BoE) mempertahankan suku bunga di 4 persen dan memperlambat laju penjualan obligasi pemerintah dari 100 miliar Pound menjadi 70 miliar Pound per tahun.
Poundsterling akhirnya melemah 0,6 persen ke 1,35515 Dolar AS pda Kamis, setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sejak 2 Juli di 1,3726 Dolar AS.
Euro terkoreksi 0,2 persen menjadi 1,17893 Dolar AS setelah sempat menguat ke level tertinggi sejak Juni 2021 di 1,19185 Dolar AS pada sesi Rabu.
Yen Jepang melemah 0,6 persen menjadi 147,88 per Dolar AS menjelang keputusan Bank of Japan (BoJ). Pasar memperkirakan BoJ masih menahan kenaikan suku bunga, meski peluang kenaikan seperempat poin pada akhir Maret 2025 dinilai sekitar 50 persen.
Dolar Selandia Baru merosot 1,4 persen setelah data menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2025 turun 0,9 persen secara kuartalan.
BERITA TERKAIT: