Berkat Cokelat Dubai, Pasar UEA Bertahan di Tengah Melonjaknya Harga Kakao

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 19 April 2025, 13:55 WIB
Berkat Cokelat Dubai, Pasar UEA Bertahan di Tengah Melonjaknya Harga Kakao
Ilustrasi cokelat Dubai/Net
rmol news logo Walaupun dunia sedang menghadapi lonjakan harga kakao yang belum pernah terjadi sebelumnya, pasar cokelat Uni Emirat Arab (UEA) tetap menunjukkan pertumbuhan. Pada 2024, nilainya bahkan mencapai 736 juta Dolar AS.

Dikutip dari Arab Business, Sabtu 19 April 2025, harga kakao sempat menyentuh angka lebih dari 12.500 Dolar AS per metrik ton pada Desember 2024. Ini berarti naik 93 persen dari Maret 2024 ke Januari 2025, dan hampir 200 persen dibandingkan Maret 2023.

Menurut Analis Pasar eToro, Josh Gilbert, meskipun industri cokelat di UEA terus berkembang, produsen mengalami tekanan besar akibat naiknya harga bahan baku. 

"Mereka harus menyesuaikan harga jual dan strategi produk agar tetap bisa bersaing," ujarnya.

Kenaikan harga kakao ini sebagian besar disebabkan oleh panen buruk di Afrika Barat, wilayah penghasil kakao terbesar di dunia. Hal ini memaksa produsen untuk mencari cara baru dalam mengatur harga dan proses produksi.

Salah satu produk yang jadi sorotan adalah cokelat khas Dubai yang viral di media sosial awal tahun 2025. Cokelat batangan ini diproduksi secara lokal dengan campuran pistachio dan tahini, menciptakan rasa khas Timur Tengah yang disukai banyak orang.

Karena populer, penjualannya dibatasi di toko-toko kelas atas di luar negeri, dan banyak pembeli harus mengantre di toko-toko di UEA.

Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran tren pasar ke arah produk cokelat premium, terutama di kalangan anak muda yang mencari produk unik dan menarik untuk dibagikan di media sosial.

Perpaduan rasa khas Timur Tengah dengan cokelat telah membantu produk-produk UEA menonjol di pasar internasional.

Meski harga kakao mulai turun lagi pada 2025 seiring membaiknya panen, ketidakpastian tetap ada. Potensi tarif baru atas impor dari Afrika dan aturan keberlanjutan dari negara mitra dagang bisa berdampak pada produsen di UEA.

Sebagai strategi, banyak merek cokelat kini fokus pada produk premium, rasa-rasa baru, dan ukuran produk yang lebih kecil. Strategi ini dikenal sebagai shrinkflation, ukuran produk diperkecil, tapi harga tetap atau bahkan naik.

Meski ada tantangan, permintaan cokelat di UEA diperkirakan tetap tinggi, terutama saat perayaan seperti Idul Fitri dan Diwali.

“Gabungan selera lokal, fleksibilitas dalam sumber bahan baku, dan desain produk yang inovatif menjadikan produsen cokelat UEA tetap kuat di tengah perubahan pasar,” kata Gilbert.

Produsen yang cepat beradaptasi, mengikuti selera lokal, dan mampu mengelola biaya, akan punya peluang besar untuk sukses dalam jangka panjang. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA