Juru bicara Departemen Keuangan mengkonfirmasi bahwa Menteri Keuangan Scott Bessent menarik AS dari perjanjian JETP dengan Afrika Selatan, Indonesia, dan Vietnam.
Langkah ini diambil setelah Washington memutuskan keluar dari Perjanjian Paris, menimbulkan kekhawatiran terhadap komitmen jangka panjang AS dalam agenda perubahan iklim global.
"Keputusan ini sejalan dengan perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang menyatakan bahwa AS telah bergabung dengan inisiatif yang tidak mencerminkan nilai-nilai negara kami atau kontribusi kami terhadap tujuan ekonomi dan lingkungan," kata juru bicara, seperti dikutip dari
Nikkei Asia, Jumat 7 Maret 2025.
JETP, yang melibatkan 10 negara donor, pertama kali diumumkan dalam KTT Iklim PBB di Glasgow, Skotlandia, pada 2021.
Afrika Selatan, Indonesia, Vietnam, dan Senegal, menjadi negara pertama yang menerima pinjaman, jaminan keuangan, dan hibah untuk beralih dari batu bara.
Joanne Yawitch, kepala Unit Manajemen JETP di Afrika Selatan, mengatakan pada Rabu bahwa AS telah menginformasikan keputusan mereka untuk keluar dari program ini.
Di Vietnam, dua pejabat asing yang mengetahui langsung masalah ini juga mengonfirmasi bahwa AS menarik diri dari JETP di negara tersebut.
Sumber lain yang mengetahui situasi ini mengatakan AS juga menarik diri dari JETP di Indonesia dan Afrika Selatan.
"Kami telah diberitahu oleh AS mengenai keputusan mereka untuk mundur," kata seorang sumber di kelompok donor yang berbasis di Afrika Selatan.
Meski begitu, sumber tersebut mengatakan bahwa masih ada dana yang cukup besar tersedia, dan kelompok mitra internasional tetap berkomitmen untuk membantu Afrika Selatan menjalankan transisi energi melalui kemitraan ini.
Sejak Trump kembali menjabat pada Januari, pemerintah AS telah memangkas bantuan luar negeri dan lebih mendukung pengembangan bahan bakar fosil.
Total komitmen dana AS untuk Indonesia dan Vietnam sebelumnya mencapai lebih dari 3 miliar Dolar AS, sebagian besar dalam bentuk pinjaman komersial. Sementara untuk Afrika Selatan, Amerika berkomitmen sebesar 1,06 miliar Dolar AS dari total 11,6 miliar Dolar AS yang dijanjikan untuk negara tersebut.
BERITA TERKAIT: