Namun, keberhasilan lembaga ini sangat bergantung pada tata kelola yang baik serta kredibilitas pemerintah dalam mengelola dana dan aset negara.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam memastikan pengelolaan aset BUMN yang efektif.
Menurutnya, jika konsolidasi aset berjalan dengan baik dan mampu menarik investasi, BPI Danantara berpotensi menjadi terobosan baru dalam sistem pembiayaan nasional.
“Tentu akan ada perbandingan dengan SWF lain seperti Temasek. Namun, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah bisa mengelola aset-aset BUMN yang selama ini tersebar. Jika berhasil dikonsolidasikan dan menarik investasi, ini akan menjadi langkah positif dan inovatif,” katanya.
Meskipun konsep BPI Danantara menjanjikan, Josua mengingatkan bahwa tantangan utama terletak pada eksekusi di lapangan.
Ia menekankan pentingnya transparansi serta penempatan individu yang kompeten dalam pengelolaan lembaga ini guna menarik kepercayaan investor global.
“Kunci utama keberhasilan ini adalah kredibilitas. Jika pemerintah mampu menegakkan tata kelola yang baik serta menempatkan orang-orang yang kompeten dalam mengelola BPI Danantara, maka investor global akan lebih yakin untuk menanamkan modalnya di Indonesia,” tegas Josua.
Dengan tata kelola yang transparan dan kredibel, BPI Danantara, kata Josua berpeluang menjadi instrumen keuangan yang kuat dalam mendukung pembangunan ekonomi Indonesia.
BERITA TERKAIT: