Investor Wall Street sangat mengkhawatirkan imbas dari perang dagang pada kinerja pertumbuhan ekonomi. Tekanan jual akhirnya menderas untuk menggulingkan seluruh Indeks Wall Street. Situasi ini kemudian sedikit mereda usai sesi perdagangan reguler ditutup, di mana Menteri perdagangan AS menyatakan terbuka peluang kompromi soal tarif masuk yang telah berlaku.
Bekal dari meredanya kekhawatiran tersebut kemudian mampu dimaksimalkan sesi perdagangan pertengahan pekan, Rabu 5 Maret 2025 di Asia, untuk terhindar dari tekanan jual agresif. Bursa saham Asia akhirnya mencoba bersikap netral dan bahkan cenderung optimis.
Terlebih, serangkaian rilis data ekonomi regional terkini turut mewarnai jalannya sesi perdagangan. Laporan yang dihimpun menyebutkan, China dan Jepang yang merilis data Indeks PMI komposit untuk Februari lalu masing-masing sebesar 51,5 dan 52,0. Sentimen dari China lainnya menyangkut pemerintahan Xi Jinping yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5 persen di tengah ancaman perang dagang dengan AS. Sementara dari Australia dilaporkan kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal keempat 2024 lalu yang sebesar 1,3 persen atau sedikit lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang sebesar 1,2 persen.
Sikap optimis pelaku pasar akhirnya mampu bertahan, namun kinerja Indeks masih bervariasi. Hingga sesi perdagangan berakhir, Indeks Nikkei (Jepang) menanjak tipis 0,23 persen di 37.418,24, sementara indeks ASX200 (Australia) terkikis 0,7 persen di 8.141,1 dan indeks KOSPI (Korea Selatan) melonjak tajam 1,16 persen di 2.558,13.
Kinerja bervariasi Indeks di Asia kemudian mampu dimaksimalkan pelaku pasar di Jakarta untuk berbalik melakukan aksi akumulasi agresif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau konsisten menjejak zona penguatan tajam di sepanjang sesi, setelah membuka sesi pagi dengan kenaikan moderat.
Lonjakan tajam IHSG juga berlanjut hingga sepanjang sesi perdagangan sore hingga kemudian memungkasi sesi dengan melambung curam 2,37 persen di 6.531,39. Pantauan lebih rinci dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan, kinerja empat saham yang masuk dalam kelolaan Danantara yang menonjol dengan kompak membukukan lonjakan sangat tajam.
Saham BBRI melambung 4,63 persen dengan berakhir di Rp3.840, BMRI menanjak 0,41 persen di Rp4.860, BBNI melonjak curam 5,68 persen di Rp4.460 dan TLKM yang melesat 2,94 persen di Rp2.450. Tinjauan RMOL menunjukkan, empat saham BUMN terkemuka yang masuk dalam Danantara tersebut yang juga mendominasi jajaran enam besar saham-saham teraktif ditransaksikan berdasar nilai perdagangan yang sekaligus mencerminkan kontribusi signifikan bagi lonjakan tajam IHSG. Kinerja menonjol saham Danantara dengan demikian mampu menundukkan bekal sentimen suram dari sesi perdagangan di Wall Street.
Sementara sejumlah saham unggulan juga tercatat berhasil mencetak kenaikan bervariasi dan cenderung tajam seperti BBCA, ASII, UNVR, UNTR, SMGR, BBTN, JPFA, INDF, ISAT dan PTBA.
BERITA TERKAIT: