Angka tersebut turun sekitar 3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,27 miliar Dolar AS, imbas melemahnya harga batu bara.
Dalam laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), ADRO juga membukukan penurunan pendapatan usaha 10,6 persen dari 4,98 miliar Dolar AS menjadi 4,45 miliar Dolar AS. Sebagian besar pendapatan itu berasal dari penjualan ekspor batu bara.
Namun, perusahaan yang dinahkodai Garibaldi Thohir tersebut berhasil melakukan efisiensi pada beban pokok pendapatan (-10 persen) dan beban usaha (-23 persen). Hal ini membuat laba usaha ADRO turun tak terlalu dalam sebesar 6,5 persen menjadi 1,5 miliar Dolar AS.
Sementara itu, beban keuangan juga berkurang 12 persen menjadi 71 juta Dolar AS, sehingga membuat kinerja bottom-line ADRO secara konsolidasi turun tipis 3 persen menjadi 1,3 miliar Dolar AS.
Untuk diketahui dalam sembilan bulan pertama, ADRO telah banyak menjual batu bara ke Malaysia (747 juta Dolar AS), China (625 juta Dolar AS), dan Korea Selatan (908 juta Dolar AS).
Namun, perseroan juga memenuhi Domestic Market Obligation (DMO) dengan menjual batu bara ke dalam negeri senilai 968 juta Dolar AS.
BERITA TERKAIT: