Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jokowi Sambut Paus Fransiskus, IHSG Rebah 1,01%

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Rabu, 04 September 2024, 05:34 WIB
Jokowi Sambut Paus Fransiskus, IHSG Rebah 1,01%
Paus Fransiskus tiba di Indonesia (tangkapan layar)
rmol news logo Kejutan kembali hinggap di sesi perdagangan Selasa 3 September 2024. Di tengah minimnya sentimen agenda rilis data perekonomian terkini, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten jatuh di zona penurunan curam. Pelaku pasar terkesan melakukan aksi ambil untung yang merobohkan sejumlah saham unggulan hingga merontokkan IHSG dengan tajam.

Hingga sesi perdagangan ditutup, IHSG ambruk 1,01 persen di 7.616,5 atau berbalik menjauhi level psikologis pentingnya di kisaran 7.700. Pantauan dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terkoreksi dalam rentang bervariasi dan cenderung tajam.

Saham BMRI turun 1,73 persen di Rp7.075, TLKM turun 1,91 persen di Rp3.080, ADRO turun 0,27 persen di Rp3.600, BBCA turun 0,97 persen di Rp10.175, ISAT turun 0,96 persen di Rp10.250, ASII turun 1,44 persen di Rp5.125, UNTR turun 0,44 persen di Rp27.775, serta ICBP turun 1,08 persen di Rp11.375. Pantauan lebih jauh juga memperlihatkan saham-saham teknologi yang menderita paling parah di sesi kali ini dengan IDXTECHNO yang terbabat brutal 3,04 persen di 3.285,0.

Penurunan curam IHSG kali ini bahkan tercatat sebagai penurunan paling buruk di Asia. Laporan lebih jauh dari jalannya sesi perdagangan di Asia menyebutkan, gerak Indeks yang memang kompak merah, namun dalam taraf yang cenderung terbatas. Indeks Nikkei (Jepang) menutup sesi dengan turun tipis 0,04 persen di 38.686,31, indeks ASX200 (Australia) melemah tipis 0,08 persen di 8.103,2 sedangkan Indeks KOSPI (Korea Selatan) terkoreksi lumayan 0,61 persen dengan menutup di 2.664,63.

Serangkaian laporan yang beredar menyebutkan, pelaku pasar di Asia yang hanya disuguhi sentimen dari rilis inflasi bulanan di Korea Selatan untuk bulan Agustus lalu yang diklaim sebesar 2 persen (secara tahunan) atau sesuai dengan ekspektasi pasar. Rilis data tersebut bukanlah kinerja buruk bagi negeri ginseng itu. Namun pelaku pasar terlihat kesulitan menemukan pijakan untuk bertahan optimis di tengah penantian kebijakan penurunan suku bunga oleh The Fed beberapa pekan ke depan.

Tekanan jual akhirnya menjadi pilihan namun dalam taraf yang cenderung sangat terbatas. Gerak indeks akhirnya terjebak di           zona merah, namun berbeda situasi nya dengan Bursa Saham Indonesia, di mana tekanan jual terlihat agresif. Bahkan sentimen dari pembukaan sesi perdagangan di Bursa saham Eropa yang positif terlihat tak menyurutkan tekanan jual di Jakarta.

Sentimen domestik yang tersedia hari ini hanya datang dari pemerintahan Jokowi yang menyambut kedatangan Paus Fransiskus di tengah hiruk-pikuk politik terutama menyangkut putra Presiden Jokowi, Kaesang yang belum juga terlihat usai pernyataan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang hendak meminta klarifikasi terkait fasilitas pesawat jet pribadi.

Laporan berbeda datang dari pasar uang, di mana nilai tukar Rupiah mampu berbalik menguat usai mengalami tekanan jual di awal sesi perdagangan pagi. Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp15.520 atau melemah sangat tipis 0,00 persen. Gerak Rupiah di rentang sempit kali ini sangat sesuai dengan perkiraan teknikal sebelumnya, di mana pelemahan Rupiah yang terjadi pada beberapa hari sebelumnya sekedar konsekuensi teknikal usai membukukan serangkaian penguatan signifikan.

Tinjauan teknikal sebelumnya menunjukkan, tren penguatan Rupiah yang masih solid, dan kemampuan untuk melakukan gerak balik penguatan kali ini semakin mengukuhkan tren penguatan tersebut.

Sementara pantauan dari pasar uang global memperlihatkan, gerak nilai tukar mata uang utama dunia yang masih bergulat di titik terlemahnya usai menurun dalam beberapa hari belakangan. Mata uang Euro dan Poundsterling, terlihat gagal untuk melakukan gerak balik menguat dalam taraf tajam.

Pelaku pasar terlihat masih menantikan kepastian penurunan suku bunga oleh The Fed yang diekspektasikan akan dilakukan beberapa pekan ke depan untuk melanjutkan penguatan Euro dan Poundsterling. Sementara dalam penantian tersebut, sentimen dari rilis data perekonomian terkini terlalu minim membuat pelaku pasar akhirnya kesulitan untuk melanjutkan penurunan Indeks Dolar.

Situasi ini kemudian membuat pasar uang Asia tertular. Pantauan menunjukkan, seluruh mata uang Asia yang cenderung jatuh dalam zona merah, meski dalam rentang yang cenderung terbatas. Pelemahan mata uang Asia kali ini dipimpin oleh Ringgit Malaysia, yang hingga sore ini terlihat merosot 0,32 persen.rmol news logo article
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA