Pantauan menunjukkan, gerak IHSG yang konsisten menjejak zona positif sejak pembukaan sesi pagi hingga berakhirnya sesi perdagangan sore. Serangkaian laporan dan sentimen eksternal yang menyita perhatian investor masih datang dari tensi dagang AS-China yang hingga kini masih belum memberikan perkembangan baru.
Laporan yang tersedia menyebutkan, klaim pemerintahan Presiden Donald Trump yang kukuh sedang menjalin pembicaraan dengan perwakilan China untuk segera meraih kesepakatan besar dengan perekonomian terbesar di Asia itu. Namun klaim Gedung Putih tersebut dibantah Beijing dengan tegas.
Hingga sesi perdagangan sore ini berlanjut, tiada kejelasan soal perundingan dagang AS-China tersebut. Namun kabar miring justru hadir menjelang 100 hari kepemimpinan Trump di Gedung Putih, dengan hasil survey memperlihatkan ketidakpuasan publik yang kian membesar, terutama dipicu oleh kekhawatiran ancaman resesi akibat kebijakan tarif Trump yang dinilai ceroboh.
Rangkaian hasil survey tersebut nampaknya memaksa rezim Trump untuk menyebarkan kabar tergelarnya perundingan dagang AS-China. Pelaku pasar di Wall Street akhirnya merespon dengan keraguan atas perkembangan terkini yang tersedia hingga kinerja indeks berakhir mixed dan dalam rentang sangat tipis.
Situasi lebih mujur terjadi di sesi perdagangan di Asia, di mana kinerja positif Indeks di rentang lebih signifikan berlangsung konsisten. Pelaku pasar di Asia terkesan sedikit lebih optimis di tengah minimnya sentimen regional yang tersedia. Hingga sesi perdagangan sore ditutup, Indeks ASX200 (Australia) melonjak tajam 0,92 persen di 8.070,6, sementara Indeks KOSPI (Korea Selatan) melompat signifikan 0,65 persen di 2.565,42. Sedang bursa saham Jepang dilaporkan menjalani libur di sesi hari ini.
Kinerja gemilang bursa saham Asia dengan mudah dijadikan pijakan optimis oleh pelaku pasar di Jakarta. IHSG akhirnya kembali mampu menyisir zona positif secara konsisten di sepanjang sesi. Gerak positif IHSG terlihat cenderung mengikis penguatan usai pertengahan sesi perdagangan sore. IHSG kemudian memungkasi sesi dengan menanjak 0,39 persen di 6.749,07 dengan sempat meninju titik tertinggi nya di kisaran 6.763,88 atau sekaligus kian mendekati level psikologisnya di 6.800.
Pantauan RMOL menunjukkan, pelaku pasar di Jakarta yang mendapatkan suntikan sentimen positif dari domestik dalam menjalani sesi kali ini selain sokongan sentimen eksternal. Laporan yang beredar menyebutkan, pihak pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang mengklaim jumlah aset BPI Danantara yang kini telah menembus kisaran Rp16.800 triliun atau nyaris menjejak kisaran Rp17.000 triliun.
Namun sayangnya, kinerja saham Danantara yang justru cenderung tertekan di tengah sentimen klaim tersebut. BBRI berakhir naik tipis 0,26 persen di Rp3.850 setelah sempat konsisten menginjak zona merah, BMRI ditutup naik 0,4 persen di Rp4.940, dan BBNI terkoreksi tajam 1,19 persen di Rp4.140 serta TLKM yang mampu menutup sesi dengan naik 1,17 persen di Rp2.590.
Tinjauan lain pada kinerja positif IHSG kali ini juga memperlihatkan bervariasinya gerak saham unggulan. Tinjauan lebih rinci memperlihatkan, sejumlah besar saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan berhasil menutup sesi di zona penguatan, seperti: BBRI, BMRI, TLKM, ISAT, UNVR, PTBA, PGAS, SIDO INDF dan ICBP.
Namun sejumlah saham unggulan lain kembali gagal berakhir ndi zona positif, seperti: BBCA, BBNI, UNTR, ASII, JPFA, BBTN, ITMG, SMGR dan CPIN.
Dolar AS Konsisten di Bawah Rp16.800
Situasi dan pola sedikit lebih baik terjadi di pasar uang, dengan nilai tukar Rupiah mampu menjejak zona penguatan secara konsisten. Pantauan menunjukkan, kinerja positif Rupiah yang kali ini lebih ditopang oleh rangkaian sentimen eksternal yang tersedia.
Laporan lebih lanjut memperlihatkan, pelaku pasar uang global yang mencoba mengantisipasi ketidakpastian menyangkut klaim perundingan dagang AS-China yang berkoinsidensi dengan rangkaian rilis data perekonomian AS terkini. Catatan RMOL menunjukkan, otoritas AS yang segera merilis data ADP dan GDP pada sesi Rabu besok, dan kemudian data indeks PMI manufaktur sehari setelahnya serta rilis data NFP pada Jumat akhir pekan.
Pelaku pasar mencoba mengantisipasi rangkaian rilis data tersebut yang mungkin mulai mencerminkan kinerja cenderung suram akibat kebijakan tarif Trump. Posisi Indeks Dolar AS akhirnya tertekan meski dalam rentang moderat, hingga mengangkat nilai tukar mata uang utama dunia secara seragam.
Sentimen tersebut kemudian mampu dijadikan pijakan pelaku pasar untuk mengangkat Rupiah yang telah terlalu lama terdera tekanan jual. Pantauan menunjukkan, Rupiah yang mencoba konsisten mendamparkan Dolar AS di bawah level psikologis nya di Rp16.800 di sepanjang sesi. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah terpantau bertengger di kisaran Rp16.758 per Dolar AS atau melonjak 0,54 persen.
Sementara pantauan di pasar Asia menunjukkan, kinerja mata uang Asia yang cenderung konsisten bervariasi, dengan Peso Filipina dan Yuan China serta Ringgit Malaysia yang mencetak penguatan. Sedang selebihnya, mata uang Asia masih terjebak di zona pelemahan terbatas.
Mata uang Ringgit tercatat mampu menahbiskan diri sebagai mata uang terkuat Asia dengan sempat melambung curam hingga lebih dari 1,02 persen. Tinjauan juga menunjukkan, gerak positif mata uang Asia yang semakin mendaki di ujung sesi perdagangan sore seiring dengan kembali melonjaknya mata uang utama dunia.
BERITA TERKAIT: