Sementara, negara dengan ekonomi terbesar pertama masih tetap dipegang oleh Amerika Serikat (AS) dan kedua diisi oleh China.
Dikutip dari
CNA, Jumat (16/2), turunnya perekonomian Jepang terjadi setelah Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,2 triliun dolar (setara Rp65,729 triliun) dilaporkan lebih rendah dibandingkan Jerman yang saat ini memiliki PDB sebesar 4,5 triliun dolar (atau setara Rp70,424 triliun).
Penurunan posisi Jepang ini juga terlihat dari depresiasi tajam yen terhadap dolar AS, yang merosot hampir seperlima pada 2022 dan sekitar tujuh persen pada 2023 lalu.
Sebagian hal tersebut disebabkan oleh upaya untuk meningkatkan harga di negeri sakura itu.
Bank of Japan diketahui tetap mempertahankan suku bunga negatif, tidak seperti bank sentral besar lainnya yang menaikkan biaya pinjaman untuk melawan melonjaknya inflasi.
Ekonom menyebutkan kondisi menyalipnya Jerman sedikit di luar dugaan karena perekonomian Jerman pada tahun lalu kontraksi 0,3 persen dan Jepang tumbuh 1,9 persen.
"Menyalipnya Jerman dalam ukuran dolar banyak disebabkan oleh jatuhnya yen baru-baru ini. PDB riil Jepang sebenarnya telah mengungguli PDB Jerman sejak 2019," kata ekonom Fitch Ratings Brian Coulton.
Negara dengan perekonomian terbesar di Eropa ini diketahui juga terhambat oleh kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) di zona euro, serta ketidakpastian anggaran dan kekurangan tenaga kerja terampil.
BERITA TERKAIT: