Hal itu disampaikan ekonom Indef Nailul Huda ketika berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (20/10).
"Nilai tukar melemah atau menurun ada faktor pendorongnya, yaitu kenaikan suku bunga acuan," kata Nailul.
Nailul mengurai, The Fed yang masih agresif dan ketidakstabilan pasar keuangan global mendorong pelemahan rupiah sehingga menghasilkan reaksi dari Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuannya juga.
"Gunanya untuk memberikan nilai tambah memegang rupiah sehingga nilai tukar tidak jatuh kembali. Harapannya ada
capital inflow dan menguatkan nilai tukar rupiah kepada dolar AS kembali," kata Nailul.
Menurutnya, meskipun bisa menghambat pelemahan rupiah, dampak negatif dari kenaikan suku bunga acuan ini adalah meningkatnya
cost of investment yang akan menyebabkan perlambatan perekonomian.
"Sektor riil akan terganggu dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Tapi dampak dari pelemahan juga ada yaitu inflasi dari barang impor (imported inflation). Itu bagi bahan baku, penolong, dan modal, bisa berbahaya untuk industri kita," demikian Nailul.
BERITA TERKAIT: