Darmin: E-Commerce Tumbuh 30 Kali Lipat

Ritel Konvensional Melambat Sejak 2012

Jumat, 17 November 2017, 10:07 WIB
Darmin: E-Commerce Tumbuh 30 Kali Lipat
Foto/Net
rmol news logo Penetrasi ekonomi digital terhadap perekonomian Indonesia berjalan sangat cepat. Ritel online (e-commerce) tumbuh 30 kali lipat selama tiga tahun terakhir. Hal ini disinyalir menjadi salah satu sebab ritel konvensional gulung tikar.

Menteri Koordinator Per­ekonomian Darmin Nasution mengatakan, era digital tidak bisa dihindari. Pemerintah dan pelaku usaha harus siap menghadapinya. Menurutnya, sejumlah ritel tutup bukan dampak terjadinya pelema­han ekonomi. Tetapi, Indonesia sedang mengalami penyesuaian era digital. Diproyeksikannya, ritel gulung tikar masih akan terus terjadi.

"Pertumbuhan perdagangan ritel (konvensional) melambat sejak 2012. Sebelumnya tum­buh rata-rata di atas 10 persen, sekarang stagnan. Sementara itu, e-commerce (ritel online) tumbuh hampir 30 kali lipat dalam tiga ta­hun terakhir," kata Darmin dalam acara Digital Economic Briefing 2017 yang digelar Tempo Group, di Jakarta, kemarin.

Namun demikian, Darmin menyampaikan, pertumbuhan ritel online belum meluas ke berbagai sektor, masih menum­puk pada kegiatan tertentu. Jika dilihat dari jenisnya, tidak semua barang konsumsi yang diperda­gangkan. Lebih banyak pada jenis produk tahan lama untuk rumah tangga.

Darmin menilai, penetrasi digital memunculkan perubahan prilaku konsumen. Masyarakat cenderung membelanjakan dan­anya untuk kegiatan waktu luang seperti kuliner dan jalan-jalan. Hal itu bisa dilihat dari tum­buhnya industri perhotelan dan transportasi. "Kami menyadari sesuatu yang sedang terjadi. Ma­kanya kami konsen menghadapi gelombang keempat revolusi industri," katanya.

Darmin mengklaim pemer­intah telah menyiapkan sejum­lah kebijakan menghadapi era digital. Yakni Paket Kebijakan Ekonomi XIV mengenai peta per­jalanan perdagangan digital untuk memberi kemudahan dan kesem­patan bisnis tertentu berkembang lebih cepat menghadapi perubahan yang sedang terjadi. Selain itu, pemerintah juga telah mener­bitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Ink­lusif atau SNKI.

Terkait infrastruktur, pemerin­tah sedang menyelesaikan proyek Palapa Ring yang melibatkan swasta dalam pembangunannya dan akan menjadi infrastruktur bagi teknologi informasi.

"Dengan selesainya proyek Palapa Ring ini, maka infrastruk­tur teknologi dan informasi akan relatif sangat merata di seluruh Indonesia baik dilihat dari ka­pasitas maupun kecepatannya. Harapannya masyarakat dan dunia usaha bisa menggunakan infrastruktur ini," kata Darmin.

Darmin menambahkan, Indo­nesia memiliki potensi ekonomi digital. Berdasarkan survei Aso­siasi Penyelenggara Jasa Inter­net Indonesia (APJII) di 2016 mencapai 132,7 juta. Hanya saja kendalanya, penggunaan­nya masih didominasi aktivitas senang-senang, belum digunakan untuk kegiatan produktif.

Potensi Besar


Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santoso Sungkari mengungkap­kan, Indonesia merupakan pasar potensial industri e-commerce global. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi mencapai 8,3 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 112,41 triliun pada 2017. "Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar di dunia. Meskipun jumlahnya masih di bawah China, Amerika Serikat, India dan Brazil," ung­kapnya.

Hari mengatakan, tren industri e-commerce terus meningkat seiring perkembangan teknologi komunikasi global. Dia mem­perkirakan pertumbuhan sek­tor industri baru ini melonjak pesat pada 2025 dengan potensi mencapai 156 miliar dolar AS. Menurutnya, saat ini di industri e-commerce, perkembangan in­dustri game online cukup fantas­tis. Pada 2016, tercatat memiliki potensi 600 juta dolar AS atau Rp 8,1 triliun pada 2016. Potensi sektor ini melonjak 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 321 juta dolar AS.

Sayangnya, menurut Hari, pelaku industri kreatif Indonesia masih minim menangkap peluang perkem­bangan e-commerce maupun game online. "Pelaku pengembang sektor e-commerce dan game online di Indonesia hanya 1 persen," pung­kasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA