"Sistem impor kedelai, bawang, daging dan lain-lain jangan lagi memakai sistem kuota, tapi pakai sistem tarif. Siapapun bisa mengimpor sehingga harga kedelai otomatis turun asal mampu bayar impor," ujar ekonomi senior Indonesia DR. Rizal Ramli kepada wartawan di gedung DPR Jakarta, Selasa (10/9).
Dia menjelaskan, dengan mengganti sistem impor, pemerintah dapat menekan harga kedelai di pasaran lokal lebih murah. Karena sistem tarif berpotensi membuat pengusaha melakukan impor sebanyak-banyaknya. Sementara, sistem kuota hanya dibatasi pengusaha tertentu saja yang dapat izin impor. Sehingga, apabila pengusaha yang memiliki izin impor tidak bekerja maksimal, dipastikan harga kedelai melambung tinggi akibat minimnya pasokan.
"Kalau sistem tarif pengusaha membayar tarif, ada penerimaan negara. Kalau sistem kuota yang diberi hanya delapan pengusaha. Itu pun kita tidak tahu, harusnya juga diumumkan siapa saja pengusaha yang dapat kuota," jelas Rizal.
Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menambahkan, sudah waktunya pemerintah menghentikan ketergantungan impor pada bahan pangan. Bahkan untuk produk kedelai, kata Rizal, lebih mudah dikembangkan sendiri karena usia empat bulan sudah bisa dipanen.
"Bisa dikembangkan sendiri produksi kedelai nasional. Cari bibit di luar negeri, yang paling bagus di dunia ada di Argentina dan Brazil, lalu dikembangkan untuk petani di sini," katanya.
Selama ini, petani malas meningkatkan produksi kedelai nasional karena selain tidak adanya dukungan pemerintah, keuntungan dari produksi kedelai juga amat rendah akibat banyaknya kedelai impor.
"Jadi, pemerintah harus susun kebijakan harga misalnya untuk enam komoditi pangan. Tetapi, harus didukung oleh anggaran pertanian yang cukup," demikian Rizal.
[wid]
BERITA TERKAIT: