Kejatuhan ini dipicu oleh melemahnya minyak kedelai dan minyak mentah serta penguatan Ringgit yang menekan pasar.
Dikutip dari
Reuters, harga patokan minyak kelapa sawit (CPO) untuk kontrak pengiriman Juli di Bursa Malaysia Derivatives Exchange menyusut 46 Ringgit, atau 1,16 persen, menjadi 3.929 Ringgit atau sekitar 895,80 Dolar AS per metrik ton pada jeda tengah hari, atau Senin siang.
Trader Iceberg X Sdn Bhd yang berbasis di Kuala Lumpur, David Ng, mengatakan bahwa turunnya harga ini mencerminkan sentimen global negatif yang berasal dari kebijakan tarif Amerika Serikat.
"Penguatan Ringgit juga dilihat sebagai faktor yang membebani harga," tambahnya.
Kontrak minyak kedelai Dalian yang paling aktif turun 0,41 persen, sementara kontrak minyak kelapa sawitnya merosot 1,4 persen.
Sementara, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade menyusut 0,12 persen.
Minyak kelapa sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Survei kargo Intertek Testing Services memperkirakan ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia melambung 11,9 persen selama periode 1-20 April, sementara proyeksi AmSpec Agri Malaysia akan dirilis hari ini.
Pelemahan harga minyak mentah berjangka membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, menguat 0,54 persen terhadap Dolar AS, membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
BERITA TERKAIT: