Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi mengatakan, Demokrat dan PKS diyakini sudah menghitung dengan cermat untuk pendamping Anies, apakah AHY atau Aher.
"Karena soal cawapres, Surya Paloh dan Nasdem telah serahkan ke Anies saat deklarasi capres lalu. Tapi tidak salah kan kalau publik ikut lakukan itung-itungan soal cawapres," ujar Muslim kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (30/10).
Muslim menilai, AHY sebagai Ketum punya modal partai dan hal tersebut diperlukan oleh Anies bersama Nasdem untuk melengkapi kekurangan kuota ambang batas. Sementara itu, di belakang AHY, ada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan Presiden RI keenam.
"Tetapi AHY berpangkat Mayor. Ini akan ada kendala psikologis terhadap para Jendral dan mantan Jenderal. Apakah para Jenderal mau diperintah oleh seorang mantan Mayor?" kata Muslim.
Namun demikian kata Muslim, Demokrat merupakan partai politik (parpol) yang nasionalis religius yang tentu diperlukan oleh Anies.
"Tapi juga publik melihat AHY dan Demokrat dalam sejumlah isu kerakyatan terlihat tidak kritis lagi," tutur Muslim.
Sementara untuk Aher, Muslim melihat bahwa Aher pernah dua kali menjabat sebagai Gubernur. Apalagi, basis suara Aher di Jawa Barat cukup besar, meskipun masih ada Ridwan Kamil yang juga punya pengaruh di Jawa Barat.
"Dari segi integritas dan religius oke, tapi ada godaan jika Nasdem jadi ditendang dari kabinet, PKS digoda. Ini bisa jadi trick memecah kekuatan Anies dan Nasdem untuk cawapres," terang Muslim.
Yang jelas kata Muslim, kalkulasi matang diperlukan. Mengingat, jika Nasdem, Demokrat, dan PKS dapat merumuskan dengan cerdas untuk bacawapres Anies, kemenangan dengan sangat mudah diraih pada Pilpres 2024 nanti.
"Kans menang besar bagi Anies juga partai-partai pengusungnya. Hanya saja, jika dicermati pemimpin muda seperti PM Inggris Rishi Sunak dengan usia 42 tahun jadi Perdana Menteri, rasanya tidak sulit bagi Anies untuk gandeng AHY," pungkas Muslim.
BERITA TERKAIT: